Senin, 05 Desember 2011

PERKEMBANGAN ALAT PERTANIAN PENANAM PADI (TRANSPLANTER)

A.   Alat Petanian Penanam Padi Sederhana

Pada zaman dahulu, ketika teknologi modern masih sangat jauh dari jangkaauan para petani, digunakan alat penanam padi yang sangat sederhana.




http://mekanisasi.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/transplanter-manual1.jpg

g.jpg


Penggunaan alat ini masih menggunakan tenaga langsung dari manusia, dimana kinerja alat sangat tergantung pada besar  kekuatan orang yang mengendalikannya. Seperti terlihat pada gambar, orang yang mengoperasikannya berjalan ke depan dengan melakukan gaya dorong.
Cara ini membutuhkan tenaga kerja 25 – 30 HOK/ha. Alat Tanam (Transplanter) manual desain IRRI yang pernah dibuat dalam rangka mengatasi keterbatasan tenaga kerja belum menunjukkan kinerja yang optimal. Secara ergonomik dirasakan masih terlalu berat (>25kg), Jumlah lubang tak tertanam (missing hill) yang masih tinggi yaitu mencapai 20%.
       BBP Mekanisasi Pertanian telah memodifikasi prototipe transplanter manual 4 baris tanam dengan jarak tanam antar baris 25cm. Hasil modifikasi telah diuji dan menunjukkan beberapa keunggulan antara lain : bobot alsin yang ringan yakni 22 kg, beberapa komponen telah menggunakan bahan tahan korosi dan mudah pengoperasiannya.
       Hasil uji menunjukkan kinerja penanaman yang lebih baik yakni dengan kecepatan maju penanaman rata-rata 0,137 m/dtk atau 0,498 km/jam. Kapasitas kerja aktual mencapai 22 jam/ha dengan jumlah lubang tidak tertanami (missing hill) sebesar 4,3 % dan jumlah tanaman rebah (floating hill) sebesar 5,1 %. Biaya operasi transplanter hasil modifikasi ini sebesar Rp.303.851.-/ha lebih murah dibandingkan ongkos tanam secara manual yang mencapai Rp.460.000.-/ha.


B.   Alat Penanam Padi Tingkatan Menengah

Pada perkembangan selanjutnya, kinerja  alat ini sudah tidak seratus persen ditentukan oleh besarnya tenaga manusia yang mengendalikannya. Orang yang mengendalikan alat ini memang berada di atasalat ini, tapi hanya berperan dalam mengoperasikan mesin sederhana yang ada pada alat tersebut.

               index.jpg

              Rice_Transplanter.jpg   

Secara umum ada dua jenis mesin tanam bibit padi, dibedakan berdasarkan cara penyemaian dan persiapan bibit padinya. Yang pertama, yaitu mesin yang memakai bibit yang ditanam/disemai di lahan (washed root seedling). Mesin ini memiliki kelebihan yaitu dapat dipergunakan tanpa harus mengubah cara persemaian bibit yang biasa dilakukan secara tradisional sebelumnya. Namun demikian waktu yang dibutuhkan untuk mengambil bibit cuckup lama, sehingga kapasitas kerja total mesin menjadi kecil. Yang kedua adalah mesin tanam yang memakai bibit yang secara khusus disemai pada kotak khusus. Mesin jenis ini mensyaratkan perubahan total dalam pembuatan bibit. Persemaian harus dilakukan pada kotak persemaian bermedia tanah, dan bibit dipelihara dengan penyiraman, pemupukan hingga pengaturan suhu. Persemaian dengan cara ini, di Jepang, banyak dilakukan oleh pusat koperasi pertanian, sehingga petani tidak perlu repot mempersiapkan bibit padi sendiri. Penyemaian bibit dengan cara ini dapat memberikan keseragaman pada bibit dan dapat diproduksi dalam jumlah besar.  Mesin ini dapat bekerja lebih cepat, akurat dan stabil.
2.jpg

Di China, terdapat mesin tanam bibit padi jenis manual dan berpenggerak sendiri. Untuk jenis yang dikendarai, memiliki tiga roda, dan dikemudikan melalui roda depan, juga dilengkapi dengan papan apung di bagian belakang.  Mesin ini dioperasikan oleh tiga orang, seorang sebagai pengemudi, dua orang di belakang melakukan pengumpanan bibit ke kotak bibit. Tersedia dalam 12, 14 dan 18 alur tanam.

C.   Alat Pertanian Penanam Padi Tingkatan Modern

Pada masa inilah, dicapai titik puncak teknologi. Perkembangan transplanter  pun semakin kompleks. Dimana kinerja seutuhnya ditentukan oleh mesin. Manusia  yang mengoperasikannya pun hanya bertindak sebagai pengatur kinerja mesin .
                                              u3.jpg

                     u7.jpg

Saat ini, semua jenis mesin tanam bibit padi di Jepang adalah berpenggerak sendiri (self-propulsion type), dioperasikan dengan cara dituntun (walking type) atau dikendarai (riding type). Jenis mesin yang dituntun umumnya memiliki alur tanam 2 hingga 6 alur, sedangkan tipe yang dikendarai memiliki 4 hingga 12 alur tanam dalam sekali lintasan penanaman. Jarak antar alur tanam dibuat tetap yaitu 30 cm, dan jarak antar bibit dalam alur dapat disesuaikan antara 11 hingga 18 cm. Bibit yang umum dipergunakan memiliki tinggi/panjang 10 hingga 30 cm, memiliki 2 hingga 5 daun. Jumlah bibit yang ditancapkan pada setiap titik adalah 3 hingga 5 bibit.
Kecepatan penanaman adalah sekitar 200 titik (hill) per menit per alur. Bila sebuah mesin dapat menanam dalam empat alur, dengan jalar antar alur 40 cm dan jarak antar titik tanam 16 cm, maka akan dibutuhkan waktu tanam selama 4 jam untuk setiap hektar. Dalam kenyataan, waktu juga dibutuhkan untuk berbelok, menambah bibit, dll., maka waktu yang digunakan untuk menanam adalah hanya sekitar 60 hingga 80%. Atau dengan kata lain, kapasitas tanam menjadi 5 hingga 7 jam per ha. Kegagalan penancapan bibit (missing hill) sekitar 1%, dalam bentuk rusak tercabik, terbenam atau mengapung.
Pembuatan bibit padi dilakukan dengan menyemaikan 200 gram benih dalam kotak berukuran 60 x 30 x 3 cm. Benih ini disemai di dalam ruang gelap hingga berkecambah, kemudian di berikan sinar matahari selama dua hari hingg berwarna hijau merata. Setelah itu bibit dipelihara hingga ukuran atau ketinggian yang diinginkan. Di pusat pembibitan padi di Jepang, bibit untuk lahan seluas 50 samapi 200 ha (sekitar 7000 hingga 30000 kotak) dibuat dengan seragam, dimana di dalamnya juga dilengkapi dengan proses desinfektan benih, pencampuran pupuk, pengepakan media tanam/tanah ke kotak semai bibit, kendali suhu, penyemprotan, dan sebagainya.





1 komentar: