Senin, 05 Desember 2011

MAKALAH BAHASA INDONESIA POTRET KONDISI PERTANIAN INDONESIA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Negara Indonesia telah dikenal sebagai Negara agraris yang dewasa ini justru mendatangkan bahan pangan dari luar negeri. Sangat disayangkan, Sektor pertanian yang merupakan sektor dengan peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran.
Upaya untuk menigkakan kesejahteraan para petani Tanah Air telah dilakukan dengan berbagai cara. Meskipun fakta di lapangan, perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.
Langkah–langkah yang telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi masalah penurunan kesejahteraan di sektor pertanian sebenarnya telah intens sejak zaman kepemimpinan Presiden Soeharto, yang ditandai dengan adanya istilah swasembada pangan, meskipun memang dewasa ini justru menunjukkan penurunan dalam hal pelaksanannya. Indonesia sebagai negara agraris diharapkan kebutuhan pangan untuk warga negaranya dapat dicukupi dari produksi dalam negeri. Kenyataanya, Indonesia masih mengimpor pangan dari luar negeri, tidak hanya beras sebagai makanan pokok, tetapi bahan pangan lainnya seperti gandum, kedelai, dan jagung. Masih banyak warga negaranya yang mengalami kelaparan di pedesaan yang menjadi sentra produksi pangan. Jadi pernyataan bahwa negara Indonesia adalah negara agraris patut jadi pertanyaan.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, berikut rumusan masalah makalah ini :
1.      Mengapa Negara Indonesia yang dikenal sebagai Negara Agraris ini justru mengimpor bahan pangan ?
2.      Bagaimana upaya untuk meningkatkan kesejahteraan para petani Indonesia ?
3.      Apa sajakah langkah yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi masalah penurunan kesejahteraan di sektor pertanian ini ?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Indonesia Negara Agraris Pengimpor Bahan Pangan

Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.
Faktanya, telah terjadi peningkatan produksi pangan dalam Pelita I dan II, tetapi kebutuhan pangan masih belum dapat terpenuhi dalam negeri, impor beras dan gandum masing-masing dalam jumlah besar. Bahkan dengan impor beras sekitar dua juta ton per tahun, Indonesia menjadi Negara pengimpor terbesar di dunia (Widodo, 1983: 61).  Kenyataan miris, bila mengingat potensi sumberdaya yang dimiliki Indonesia.
Hasil- hasil usaha tani barulah dapat dijual apabila ada permintaan terhadapnya. Tergantung dari permintaan konsumennya, maka proses perjalanan dapat lebih cepat, dapat pula lebih lambat, karena berbagai perlakuan seperti, pengeringan seleksi, penyimpanan di gudang, pembukusan di karung, pengangkutan, dan lain-lain. Bahkan seringkali dalam dalam proses perjalanan, hasl usaha tani itu mengalami perlakuan khusus, yaitu pengolahan (processing), sehingga mengalami perubahan bentuk, untuk kemudian diteruskan lagi dalam proses berikutnya (Banoewidjojo, 1983: 41). Ini juga menjadi salah satu faktor yang menentukan produk yang sampai ke tangan konsumen. Bila produk yang diterima konsumen telah mengalami perubahan yang terlalu besar, maka konsumen pun akan berpikir dua kali untuk mengonsumsi produk petani lokal dengan lebih memilih produk berteknologi tinggi yang umumnya produk impor. Satu hal yang tidak kalah pentingnya menyangkut kualitas akhir produk hasil pertanian yakni tentang penyimpanan. Masalah yang dihadapi dala penyimpanan hasil pertanian sangat bervariasi tergantung pada tingkat teknologi yang dimiliki oleh suatu Negara. Meskipun demikian masalah susut atau kehilangan hasil panen, baik susut kuantitatif maupun susut kualitatif merupakan problema utama (Syarief, 1992: 2).
Sebenarnya negara ini diuntungkan karena dikaruniai kondisi alam yang mendukung, hamparan lahan yang luas, keragaman hayati yang melimpah, iklimnya adalah  tropis dimana sinar matahari terjadi sepanjang tahun sehingga bisa menanam sepanjang tahun. Realita sumberdaya alam seperti ini sewajarnya mampu membangkitkan Indonesia menjadi negara yang makmur, tercukupi kebutuhan pangan seluruh warganya.
Sayangnya, Sumber daya alam yang ada tidak didukung oleh sumber daya manusia yang handal. Pelaku pertanian, khususnya pangan (dalam artian petani padi, produsen makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia), umumnya adalah petani gurem. Tipe mereka adalah orang tua tidak berpendidikan, dilakukan hanya untuk pekerjaan sampingan dan kepemilikan lahan yang sempit. Kepemilikan lahan rata-rata hanya 0,5 Ha. Sehingga, susah diajak untuk lebih maju. Mereka tidak responsif terhadap perkembangan teknologi, lebih cenderung bersikap konservatif menerapkan metode tradisional yang biasa mereka terapkan. Walaupun kadang mereka mengetahui sisi positifnya, namun dengan berbagai alasan mereka tidak langsung menerimanya.

Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan, yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha dengan: (a) skala kecil, (b) modal yang terbatas, (c) penggunaan teknologi yang masih sederhana, (d) sangat dipengaruhi oleh musim, (e) wilayah pasarnya lokal, (f) umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, (h) pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani. Selain itu, masih ditambah lagi dengan permasalahan-permasalahan yang menghambat pembangunan pertanian di Indonesia seperti pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian) yang semakin tidak terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani, kelangkaan pupuk pada saat musim tanam datang, swasembada beras yang tidak meningkatkan kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Petani, menuntut pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya penyelesaian masalah pertanian di Indonesia demi terwujudnya pembangunan pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia.

B.     Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani Desa

Dalam menciptakan pembangunan pertanian, (Mosher, 1969: 16) dalam (Banoewidjojo, 1983: 102) merumuskan perlunya tersedia syarat-syarat pokok dan faktor-faktor pelancar. Unsur-unsur ini semua perlu direncanakan dan diatur dengan baik. Disamping unsur-unsur itu perlu senantiasa diperbaharui.
Sebagai negara pertanian, masih banyak potensi-potensi Indonesia yang belum tergarap. Masih banyak sumber daya alam (SDA) Indonesia yang belum dioptimalkan melalui penelitian. Masalahnya, fakta di lapangan bahwa sebagian besar petani Indonesia masih hidup di daerah pedesaan. Dengan mengandalkan kemampuan yang diperoleh secara turun-temurun, lahan pertanian mereka diolah secara manual. Efeknya, hasil- hasil pertanian mereka tersebut tidak mampu bersaing kualitas dengan produk sentuhan teknologi tinggi. Karena kebutuhan hidup yang terus mendesak, mereka pun merelakan hasil pertanian mereka dijual di bawah harga yang layak. Inilah indikator utama penyebab minimnya kesejahteraan para petani Indonesia.
Diperlukan upaya yang lebih fokus dan intens guna meningkatkan kesejahteraan para petani ini. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing masyarakat pertanian, terutama petani yang tidak dapat menjangkau akses terhadap sumberdaya usaha pertanian. Kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam program ini adalah: 
1. Revitalisasi sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang secara intensif perlu dikoordinasikan dengan pemerintah daerah baik propinsi maupun kabupaten; 
2. Penumbuhan dan penguatan lembaga pertanian dan perdesaan untuk meningkatkan posisi tawar petani dan nelayan; 
3. Penyederhanaan mekanisme dukungan kepada petani dan pengurangan hambatan usaha pertanian; 
4. Pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia pertanian ( petani, nelayan, penyuluh dan aparat pembina); dan 
5. Perlindungan terhadap petani dari persaingan usaha yang tidak sehat dan perdagangan yang tidak adil.
Adapun strategi-strategi penting yang harus diterapkan agar masyarakat Indonesia , khususnya para petani desa agar pemanfaatan lahan mereka optimal yaitu,
·         Strategi pertama,  Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti ketersediaan pupuk dan sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam meningkatkan produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini adalah insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak tenaga kerja dan lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih menarik.
·         Strategi kedua adalah dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor lain yang akan menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta industri pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan, listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di sektor ini.
Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada 235 juta penduduk yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk yang besar ini menjadi pertimbangan utama pemerintah pusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya. 





C.    Upaya Pemerintah dalam Menanggulangi  Masalah di Sektor Pertanian

Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada 235 juta penduduk yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk yang besar ini menjadi pertimbangan utama pemerintah pusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya. Campur tangan pemerintah dalam mengatur hasil usaha tani dan kebijaksanaan harga dapat juga merupakan masalah dalam pertanian. Kata subsidi dalam kebijaksanaan harga danyak digunakan meskipun kurang tepat. Kebijaksanaan support harga hasil pertanian lebih merupakan “social gain” daripada “social cost” (Widodo, 1983: 45).
Berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat.
Sektor pertanian mengkontribusikan terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional dalam 4 bentuk,  yaitu :
a.) Kontribusi Produk contohnya : Penyediaan makanan untuk pddk, penyediaan Bahan baku untuk industri manufaktur.
contohnya , seperti industri tekstil, barang dari kulit, makanan dan minuman.
b.) Kontribusi Pasar contohnya :Pembentukan pasar domestik untuk barang industry dan konsumsi.
c.) Kontribusi Faktor Produksi menyebabkan Penurunan peranan pertanian di pembangunan ekonomi, maka terjadi transfer surplus modal dari sector pertanian ke Sektor lain
d.) Kontribusi Devisa : Pertanian sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (NPI) melalui ekspor produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan produk impor.
(Kuztnest, 2009) dalam (Primadita, http://www.cynthiaprimadita.blogspot.com , diakses 30 Oktober 2011).

Struktur perekonomian Indonesia sekarang adalah refleksi dari arah perekonomian yang dilakukan di masa lalu. Era orde baru dan era reformasi juga telah menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor penting yang membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Sektor pertanian juga menyediakan pangan bagi masyarakat Indonesia.
Saat ini kita mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan kebijakan yang dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia di masa depan. Namun, beberapa permasalahan yang dihadapi sektor pertanian di masa ini perlu segera dibenahi, sehingga kita dapat meneruskan hasil dari kebijakan perekonomian Indonesia yang sudah dibangun puluhan tahun lalu, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia sampai saat sekarang ini.
Berikut langkah- langkah yang haru diprogramkan pemerintah guna menaggulangi keterpurukan pangan dewasa ini :
Ø  Program peningkatan ketahanan pangan
Program ini bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan dan keberlanjutan ketahanan pangan sampai ke tingkat rumah tangga sebagai bagian dari ketahanan nasional. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi : 
1. Pengamanan ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri, antara lain melalui pengamanan lahan sawah di daerah irigasi, peningkatan mutu intensifikasi, serta optimalisasi dan perluasan areal pertanian; 
2. Peningkatan distribusi pangan, melalui penguatan kapasitas kelembagaan pangan dan peningkatan infrastruktur perdesaan yang mendukung sistem distribusi pangan, untuk menjamin keterjangkauan masyarakat atas pangan; 
3. Peningkatan pasca panen dan pengolahan hasil, melalui optimalisasi pemanfaatan alat dan mesin pertanian untuk pasca panen dan pengolahan hasil, serta pengembangan dan pemanfaatan teknologi pertanian untuk menurunkan kehilangan hasil (looses); 
4. Diversifikasi pangan, melalui peningkatan ketersediaan pangan hewani, buah dan sayuran, perekayasaan sosial terhadap pola konsumsi masyarakat menuju pola pangan dengan mutu yang semakin meningkat, dan peningkatan minat dan kemudahan konsumsi pangan alternatif/pangan lokal; dan 
5. Pencegahan dan penanggulangan masalah pangan, melalui peningkatan bantuan pangan kepada keluarga miskin/rawan pangan, peningkatan pengawasan mutu dan kemanan pangan, dan pengembangan sistem antisipasi dini terhadap kerawanan pangan.
Ø  Program pengembangan agribinis
Agribisnis terdiri dari tiga sistem: sektor input pertanian, sektor produksi, dan sektor  pemrosesan pabrikasi. Untuk memvisualisasikan ketiga sektor tersebut sebagai bagian dari sistem yang saling berhubungan dimana kesuksesan tiap-tiap bagian tergantung pada bagian yang lain ( Beierlein, 1991: 6) dalam (Rahim, 2005: 2). Salah satu bentuk inovasi di bidang agribisnis adalah terobosan- terobosan bioteknologi. Dalam pengertian sempit, bioteknologi didefenisikan sebagai teknologi rekayasa genetika pada level molekuler khususnya DNA. Sementara dalam pengertian luas, bioteknologi merupakan teknologi yang memanfaatkan makhluk hidup sebagai salah satu komponen utamanya (Muladno, 2002) dalam (Sa’id, 2005: 132). Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis yang mencakup usaha di bidang agribisnis hulu, on farm, hilir dan usaha jasa pendukungnya. Kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam program ini meliputi: 
1. Pengembangan diversifikasi usahatani, melalui pengembangan usahatani dengan komoditas bernilai tinggi dan pengembangan kegiatan off-farm untuk meningkatkan pendapatan dan nilai tambah; 
2. Peningkatan nilai tambah produk pertanian dan perikanan melalui peningkatan penanganan pasca panen, mutu, pengolahan hasil dan pemasaran dan pengembangan agroindustri di perdesaan; 
3. Pengembangan dan rehabilitasi infrastruktur pertanian dan perdesaan, melalui perbaikan jaringan irigasi dan jalan usahatani, serta infrastruktur perdesaan lainnya; 
4. Peningkatan akses terhadap sumberdaya produktif, terutama permodalan; 
5. Pengurangan hambatan perdagangan antar wilayah dan perlindungan dari sistem perdagangan dunia yang tidak adil; 
6. Peningkatan iptek pertanian dan pengembangan riset pertanian melalui pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat dan spesifik lokasi yang ramah lingkungan; dan 
7. Pengembangan lembaga keuangan perdesaan dan sistem pendanaan yang layak bagi usaha pertanian, antara lain melalui pengembangan dan penguatan lembaga keuangan mikro/perdesaan, insentif permodalan dan pengembangan pola-pola pembiayaan yang layak dan sesuai bagi usaha pertanian. 

Ø  Strategi pembangunan pertanian belajar dari pengalaman 
negara lain,
Setidaknya ada tiga pilar yang perlu dibangun guna mendukung sektor pertanian memiliki dampak yang positif terhadap kaum miskin sebagaimana yang diungkapkan oleh Prowse dan Chimhowu (2007) dalam studinya yang bertajuk “Making Agriculture Work for The Poor” yakni :
• Pertama pentingnya pembangunan infrastruktur yang mendukung perekonomian masyarakat. Infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung program pengentasan kemiskinan yang dalam hal ini petani di pedesaan. Di Vietnam, pesatnya penurunan angka kemiskinan tak lepas dari tingginya investasi untuk pembangunan irigasi dan jalan yang mencapai 60 persen dari total anggaran sektor pertanian mereka pada akhir dekade 1990-an. Bahkan di Ethiopia yang pernah mengalami krisis pangan dan kelaparan pada pertengahan dekade 1980-an, perbaikan jalan di pedesaan dan peningkatan akses pasar bagi para petaninya mampu mengangkat tingkat kesejahteraan para petaninya. 
• Kedua, perluasan akses pendidikan. 
Pendidikan memainkan peranan yang penting dalam mengentaskan kemiskinan di pedesaan melalui tiga saluran yakni dimana tingkat pendidikan berkaitan erat dengan peningkatan produktivitas di sektor pertanian itu sendiri. Kemudian, pendidikan juga berhubungan dengan semakin luasnya pilihan bagi petani untuk bisa bergerak di bidang usaha di samping sektor pertanian itu sendiri yang pada gilirannya juga akan dapat meningkatkan investasi di sektor pertanian. Terakhir, pendidikan juga berkontribusi terhadap migrasi pedesaan – perkotaan. Namun demikian di India, Uganda, dan Ethipia migrasi terjadi antar desa. Buruh tani yang berpendidikan di Bolivia dan Uganda lebih memiliki posisi tawar yang tinggi dalam hal upah yang lebih baik
• Ketiga, penyediaan informasi baik melalui kearifan local setempat maupun fasilitasi dari pemerintah. 

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pengimporan bahan pangan yang merupakan salah satu implementasi dari keterpurukan sektor pertanian yang dialami Indonesia dewasa ini adalah efek dari tidak adanya perhatian intens terhadap para petani. Terlalu minim dalam hal teknologi, membuat produk dalam negeri kalah saing dengan produk luar negeri. Tidak adanya jaminan kesejahteraan pemerintah terhadap para petani membuat mereka merelakan pruduknya dijual meski dengan harga yang tidak layak.

B.     Saran

Adalah kewajiban tiap masyarakat bahu-membahu membawa kembali nama baik nusantara sebagai salah satu Negara agraris yang patut diperhitungkan. Implementasikan perkembangan Iptek yang telah mengglobal ini, dengan tidak mengabaikan kesejahteraan para petani tradisional serta cintai negeri sendiri, mari mengonsumsi produk buatan dalam negeri.



3 komentar:

  1. Makasih uthi... semoga Allah membalas kebaikanmu di Dunia dan Akhirat

    BalasHapus
  2. Aamiin!
    iaa, sama- sama.
    saya senag bisa berbagi pengetahuan^^
    terima kasih juga atas apresiasinya^^

    BalasHapus
  3. Wah Makalahnya sangat mambantu, dan penjelasannya jelas banget kak, makasi banyak kak

    BalasHapus