Annyeong nae-readers.
Berjumpa lagi dengan Uthyy SHining
Fullmoon, si author kemarin sore.
Mengakulah, kalian merindukanku, bukan?
*gubrak
Kali ini saya meng-udara dengan modal
fanfict uji coba.
Yah` ini sudah cukup lama saya vakum di
dunia per-author-an. 2 abad kalau tidak salah.
Sebenarnya ini adalah hutang yang baru
sempat saya bayar. Selama menjadi seorang SHAWOL, saya belum pernah membuat
fanfict special Jjongie oppa. Jadi, ini merupakan salah satu bentuk dedikasiku.
Tapi kumohon jangan menggerutu jika ini
agak typo.
Oyah ` dalam proses membangun kembali
jati diri sebagai seorang author, saya banyak browsing literatur di berbagai pages fanfict. Tapi pada akhirnya,
saya hanya mengakui seorang author. Tersebutlah Uchica Chanz Cullen. She is my
lovely nephew, ders. Fanfict saya kali ini banyak mengandung unsur- unsur bahasa
penulisan karyanya. Aku penggemarnya. Akulah saksi hidup bagaimana ia meniti
karirnya sehigga saat ini ia tergolong salah satu author tetap di salah satu
page fanfict ternama tanah air. Tentu saja saya juga sangat berterima kasih
atas batuannya. Dia designer picture serta judul fanfict asay ini. Intinya,
saya banyak berhutang budi padanya.
Mian` kalau bahasa saya random, gaje,
absurd maupun jika feel-nya rada maksa.
Maafkan saya Jjongie oppa. Saya tidak
bermaksud demikian.
Apapun itu`
Saranghae, oppa~
*nebar.kembang
Baiklah` daripada kalian tertular bodoh
mendengar curahan hatiku,
Mohon dinikmati, yak!
Check it out~
*bakar.dupa
Title: One Love
Cast: Park Ti-eun (OC), Kim Jonghyun, Lee
Jinki, Kim Key-bum, Choi Minho, Lee Taemin.
Backsound: Babo – Onew version
Genre: nan molla (?)
Length:One Shoot
Rating: nan molla (?)
ONE LOVE
“aku sayang kamu, Ti!”
Jederrr`
Pernyataan macam apa itu? Bahkan jika
itu pantas disebut sebagai pernyataan cinta. Apa yang ada dipikiranmu ketika
secara tiba- tiba ada seseorang yang dengan nada bergurau nan menohok
mengatakan itu padamu.
Terpesona?
Tersanjung?
Tidak percaya?
Speechless?
Entah yang mana yang kau lakukan, kalau
aku—
“HAH! Apa- apaan ini! Jangan bercanda!”
menautkan alis lalu tertawa sekencang mungkin, dan—
“Ti, mungkin bagimu ini terdengar
bercanda, tapi jujur ini sungguhan!”
Sejujurnya, ini terlalu konyol
bagiku—dan siapapun kurasa.
Bagaimana mungkin seseorang menyatakan sesuatu
hal seprestisius itu pada percakapan pertama—yang ternyata juga hanya melalui
telephone. Tidakkah itu terlalu terlihat seperti sebuah lelucon. Hya~ tentu
saja,
“Hhahahhah !!”
“Ti!!”
“Hhhahahah! Ne”
“Ti-eun!!!”
“wae???”
“Park Ti-eun!!!”
Ok, entah bagaimana, tapi penekanan
namja ini terhadap nama ijazahku barusan cukup memberiku alasan untuk
menghentikan tawa.
“Ne?!”
“aku serius barusan!”
“ok, tunggu tapi sampai sekarang aku
tidak tahu wajah anda, nama anda bahkan”
Baiklah, biar kuceritakan.
Seseorang namja yang entah atas dasar
apa ini, tiba-tiba membuka percakapan ditelephone dengan satu pertanyaan yang
menurutku tidak sopan untuk sebuah perkenalan awal. Bisa bayangkan dengan ini:
apa kau sudah punya pacar?. Entah apa yang aku pikirkan, tapi kujawab seadanya:
Belum!
Kuakui, aku juga yang terlalu spontan.
Spontanitas yang sangat tidak pantas disebut sebagai polos.
Percakapan ogah- ogahan durasi sekitar
30 menit pun terjadi. Setiap kali ia melontarkan pertanyaan, aku hanya menjawab
seadanya. Sesekali terlintas niat mendadak pura-pura gila mengakhiri telephone
dengan alibi jaringan lemot sebagai modus. Tapi aku bukan tipe manusia setega
itu. Terlebih karena saat itu aku sedang menikmati waktu break kuliah yang cukup lama. Yah` daripada diam di tempat,
membiarkan angin sepoi- sepoi menari- nari di wajahku, yang notabene senantiasa
menjadi alasanku tertidur sembarangan, lebih baik meladeni percakapan namja ini
sembari menunggu jam kuliah selanjutnya, pikirku.
Obrolan yang asyik namun asal- asalan
menurutku. Sungguh apapun yang ia katakan hanya terkesan percaya—tidak percaya
bagiku. Kesanku ini beralasan, setiap kali aku balik bertanya padanya, dia pun
menjawabnya dengan ambigu. Dan aku cukup tidak suka untuk satu hal semacam ini.
Bayangkan saja, dari tadi topik yang
kami bahas berputar- putar, belum kuketahui kepastiannya.
Hei` dia bahkan enggan memberitahu
identitasnya secara gamblang. Dia hanya membiarkanku menerka- nerka. Dan
aku—yang kuakui tergolong bodoh—mengikuti permainannya.
Sampai di saat ia menyatakan sesuatu
yang sangat penting yang biasanya orang- orang katakan di moment sakral yang
tepat—namun bisa- bisanya ia katakan itu (read: aku sayang kamu)—ia masih saja
betah menyembunyikan identitasnya yang sumpah masih kuanggap tidak layak
dijadikan sebagai sesuatu hal berbau penasaran.
Sesaat setelah ia menohokku dengan
pernyataannya itu, seharusnya aku merasakan hal- hal seperti speechless,
terhanyut, berbunga- bunga atau apapun yang semacamnya. Tapi sungguh aku merasa
ini ada yang salah.
“ aku minta maaf kalau ini
menyinggungmu, tapi ini jujur, Ti!”
Hah` jujur katanya. Benar. Kurasa namja
ini benar- benar gangguan jiwa.
“ok, slow down! Tapi bisakah anda memberi saya satu alasan tentang
mengapa saya harus mempercayai kata- kata anda barusan itu!”
“entah bagaimana, tapi kau harus
percaya!”
“ia, tapi kumohon bagaimana aku harus
mempercayai anda! Anda tidak mau mengungkap identitas anda. Anda bahkan
terdengar seperti sengaja mengerjaiku!”
“TIDAK! Aku bisa jamin aku tidak
mengerjaimu, Ti”
“ck~ sudahlah, siapapun disana. Cukup!
Katakan saja sekarang, anda itu temanku, bukan? Atau seorang suruhan dari
temanku yang mungkin balas dendam atas
perlakuanku yang pernah melakukan hal semacam ini padanya! Baiklah , dia
berhasil. Katakan padanya skor kami seri kali ini! Maafkan aku mengerjainya
waktu itu! Bagaimana?”
“Ti-eun, aku bukan temanmu atau suruhan
temanmu!!!”
“huft~ sudahlah aku mulai lelah.
Sebentar lagi dosenku memulai kuliah. Mengakulah sekarang, maka aku akan memaafkanmu,
ARA!?”
“baiklah, meski mungkin tidak mudah
bagiku, katakan apa yang harus kulakukan sekarang agar kau percaya padaku bahwa
aku ini benar- benar Kim Jonghyun, eks-Seni Music 08 !”
Pletakk` apa katanya barusan! Jonghyun
Kim? Kim Jonghyun? Tunggu, nama itu masuk dalam taksiranku tadi? Daaan,
EKS-Seni Music 08? Bukankah itu artinya namja ini sudah di Drop Out?
Haa` sudahlah ini pasti bagian dari
skenario tidak bermutunya. Mana mungkin dia teman Key-bum oppa. Aku bahkan
sudah lupa kalau aku pernah sempat berkenalan dengan seorang sunbae yang
sepertinya bernama demikian. Aku juga tidak akan mungkin berurusan dengan bad- namja seperti dia.
Geurae` aku yakin ultimatum yang sedang
kupikirkan ini terlalu mustahil ia sanggupi. Dan yah` saya bisa menghadiri mata
kuliah Soo Man soesangnim sesaat lagi dengan jiwa tenteram, damai dan sejatera.
“hmm.. kalau kau datang di hadapan ku
sekarang, maka aku percaya semua yang kau katakan itu!”
Hhee` Sempurna, Ti. Dia mungkin
mengiyakannya, tapi dia tidak mungkin mela....
“Baiklah!”
Eh`
“Apa?!!!”
Woww`
“Aku akan datang sekarang! Tunggulah
aku disana!”
Hya` Harus kuakui. Aku bahkan belum
menerka responnya barusan. Kita lihat saja nanti.
“Geurae, akan kutunggu disini!”
Hhaha` aku rasa aku tidak perlu
kelabakan atas respon sok meyakinkannya barusan. Bisa kupastikan dia tidak akan
datang! NANANANA~
* * *
Sudah kubilang bukan, seseorang yang
mengaku Kim Jonghyun sunbae itu tidak akan datang. Sampai ketika kuliahku usai,
aku tidak melihat tanda- tanda kehadiran seorangpun di beranda ruangan yang
mulai sepi.
Ck` persis dugaanku. Dasar abal- abal.
Tidak jauh berbeda denganku, Park Ti-eun abal- abal, hhhahah~
Kalau begitu, aku pulang sajalah.
* * *
Drrrt`
Kuperiksa screen ponselku dengan ogah-
ogahan.
Huh` incoming call dari namja abal-
abal itu lagi sepertinya. Dengan raut penuh kemenangan—
“Yoeboseyo?”
“KAU DIMANA, Ti-eun?”
Eoh`
Hhhah~ dia mulai mengarang lagi
nampaknya.
“aku sudah pulang!”
Sekali lagi, aku tidak perlu panik
untuk hal satu ini.
“bukankah sudah kukatakan tunggu aku
disana, aku akan datang!”
???`
“memangnya kau ada dimana sekarang?”
“disini, di depan ruanganmu”
“jinja??”
O.O
“kau belum percaya??”
“belum percaya!”
“entah apa yang kau pikirkan tentangku,
tapi aku datang kesini, untukmu, di tempat ini, di tempat pertama kali kita
berkenalan! Entah bagaimana harus membuatmu mempercayaiku sekarang!”
Chakkaman` sepertinya aku dalam
masalah! Kalimat namja itu barusan memang terdengar sungguhan, tapi bukan itu
yang membuatku mulai panik. Hei`barusan samar- samar aku mendengar suara khas seseorang
yang sepertinya aku kenal di ujung telephone sana.
Andwae` ini membuatku menelan ludah.
Itu seperti suaranya Key-bum oppa. Tidak! Aku yakin itu memang suaranya. Suara
tenor khasnya. Key-bum oppa!
Bagaimana ini?
Mustahil rasanya aku berurusan dengan
orang- orang semacam ini.
Kim Key-bum masuk dalam blacklist mahasiswa bermasalah, yang
sewaktu- waktu siap didepak dari kampus jika melakukan satu kali lagi
pelanggaran. Yang artinya, kalau saja Key-bum oppa tidak segera kembali ke
jalan yang benar waktu itu, maka itu artinya dia akan mengikuti jejak Kim
Jonghyun—yang telah resmi di DO itu.
* * *
Tebak siapa yang ada di hadapanku
sekarang!
BUKAN!
Yang benar saja! Mana mungkin namja
setermasyur Choi Minho mau melirikku. Kalau itu terjadi , yakin dan percaya aku
akan menjadi salah satu bahan mentah bully para sunbaenim yeoja sehari- hari.
Bukan` bukan Taemin juga. Lee Taemin
itu asisten dosen Soo Man seosangnim yang tak seorangpun sanggup menandingi
kemampuan dance-nya. Jadi tidak akan
mungkin.
NE~
Bravo` namja yang tempo hari kusebut
abal- abal itu kini tepat duduk di hadapanku. Kim Jonghyun menatap wajahku
terus- menerus. Aku yang masih shock
tentang kronologi mengapa aku sampai bisa ada di posisi sekikuk sekarang ini,
hanya menenggelamkan wajah semampuku.
Bayangkan saja` siapa yang tahan
berhadapan dengan seorang yang masih asing, yang notabene baru berkenalan.
Seorang namja yang bahkan tercatat memiliki rekor buruk di kampus. Jujur ini
pertama kalinya bagiku. Apa sudah kukatakan? Aku ini tipikal anak baik- baik,
yeoja sederhana, yang sangat biasa- biasa saja. Aku tidak pernah berharap akan
menghadapi situasi ini. Terbilang ekstrem bagiku terlibat sesuatu dengan namja
seperti dia.
Entahlah` aku merasa sedang dalam
masalah. Sesekali aku mengedarkan pandangan ke arah teman-temanku yang ada di
sekitar, dengan ekspresi mereka yang bisa kutangkap—ada-hubungan-apa-kau-dengan-sunbae-itu?-yang-benar-saja-dia-namjachingumu,Ti?—
Sesekali aku memberanikan diri mengangkat
wajahku, balas menatapnya sekilas. Dan...
Hhh~
GOD` harus kuakui dia tampan. Di luar
dugaanku dia setampan ini ternyata. Nyatanya aku memang belum pernah memperhatikan
wajahnya dekat.
“apa kau bisa percaya padaku sekarang?”
“ne` aku percaya”
“Jeongmalyo? kau percaya semua
kata-kataku selama ini?”
“tidak juga! Hmm` baiklah, sedikit”
“hanya sedikit?”
“eum”
Hening`
“ Ti-eun, bisa tolong menatapku
sebentar!”
“ne` wae geurae?”
Kuupayakan kembali menatapnya—
hati-hati.
“bisakah aku diberi kesempatan
memilikimu?”
GOD` sungguh aku mulai kehilangan
redaksi yang biasanya melayang- layang dalam batinku. Aku menatapnya skeptis.
Hanya itu yang sanggup kulakukan saat ini. Belum selesai aku terpesona dengan
tampangnya yang harus kuakui ternyata tampan itu, kini ia membuatku mematung
dengan pertanyaannya barusan.
“setidaknya beri aku kesempatan
memperjuangkanmu, eum?”
Ya TUHAN! mimiknya saat mengutarakan
permintaannya barusan! Dia meraih tangan kananku. Oh, aku bisa gila. Namja
tampan yang sepengetahuanku bad-
namja ini terlihat begitu tulus dengan yang ia lakukan barusan. Sulit kupercaya
dia bisa mengatakan hal- hal demikian.
“Ti-eun?” ia menundukkan wajahnya
sedikit, memecah lamunanku dan memastikan menatapnya. Beberapa saat kemudian aku tersadar. Kutarik
tangan kananku singkat yang sedari tadi digenggamnya hangat.
“ini terlalu mendadak. Aku tidak punya
alasan untuk mempercayai semua ini, sunbae!”
“maaf jika ini lancang, tapi jika aku
tidak mengatakan ini sekarang, seseorang mungkin akan mendahuluiku!”
Apa maksudnya mendahuluinya! Siapa
mendahului siapa?
“ ia, tapi..”
Speechless`
“ tapi apa, Ti-eun? Eum?”
Omo` jika aku tidak pandai
mengendalikan diriku, aku mungkin akan langsung mengiyakan permintaannya lalu
pingsan dalam pelukannnya. Sungguh` terlihat sangat tulus dan manis. Kim
Jonghyun sunbae, apa salahku?
“sunbae,kuberitahu aku bukan tipikal
yang mudah percaya perkataan orang, terlebih aku merasa orang itu masih asing
bagiku!”
“begitu?”
“ne` dan apa sunbae tahu, sunbae
terlalu cepat mengatakan hal- hal semacam ini! Setidaknya seseorang harus
melalui prosedurnya tersendiri sebelum akhirnya menyatakan hal demikian!”
“seperti itukah?
“Ye, begitulah hati seorang wanita—seperti
saya. Kami butuh sesuatu hal- hal semacam pembuktian ketulusan sebelum akhirnya
benar- benar menaruh rasa percayanya pada seseorang lawan jenisnya. Do More Talkless!”
Dia nampak diam. Mencerna kalimatku
barusan.
“ iya, aku mengerti sekarang. Tapi
kumohon beri aku satu kesempatan memperjuangkanmu, Ti-eun!”
Karena menurutku, ia mungkin tidak serius
dengan ucapannya itu, jadi biarkan sajalah.
“ne, sunbae!”
“jeongmallyo?! Gomapta, Ti-eun!”
“hhehe, ne sunbae” kuulaskan senyuman
seadanya yang kuyakin terlihat tidak tulus di matanya.
“bisakah kau memanggilku oppa saja?”
“ne, op- ppa!”
“gomapseumnida, Ti-eun ah!”
* * *
Hari- hari setelah itu, aku sendiri
benar- benar tidak menyangka mengapa aku bisa meladeni Jonghyun oppa. Setiap
kali dia menelphoneku ataupun mengajakku bertemu, aku selalu saja
mengiyakannya.
Sebulan. Tiga bulan.
Aku merasa mulai labih akrab dengannya.
Sejujurnya aku masih tidak percaya dia benar- benar menepati kata- katanya itu.
Mungkin ini yang membuatku membiarkan dia mendekatiku.
Kumerasa dia benar- benar tulus. Suatu
hari aku bertanya satu hal padanya. Dan ia memberiku jawaban yang semakin membuatku
mulai berhenti menilainya negative.
Aku pernah bertanya padanya, mengapa ia
bisa yakin bahwa rasanya padaku itu ia sebut sebagai rasa sayang? Aku
menyatakan pendapatku, bahwa mungkin saja itu hanyalah sebatas rasa kagum,
simpati, atau yang semacamnya.
Ia menjawab. Bahwa ada sesuatu yang ia
sendiri tidak mengerti. Sesuatu yang ia pertanyakan. Mengapa ia bisa yakin akan
rasanya itu. Ia sendiri bahkan ingin berteriak, bertanya pada semua orang
tentang ini. Tapi ia benar- benar tidak tahu. Yang ia katakan adalah bahwa 2
hal yang ia sukai dariku. Ada sesuatu tentang caraku tersenyum. Sesuatu tentang
attitude-ku bertutur dalam menjaga perasaan orang lain sejak perkenalan kami
setahun lalu.
Sungguh` aku terpaku dengan
pernyataannya itu. Dia namja pertama yang terang- terangan berpendapat seperti
itu tentang seorang Park Ti-eun.
Dia juga menjelaskan. Dia pernah
menjalin hubungan dengan banyak wanita cantik. Dia bilang aku tidak begitu
cantik. Dia bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih cantik jika ia mau. Tapi
bukan itu yang ia butuhkan. Dia bilang, dia akan tetap menjadi pengagumku
sekalipun mungkin ia tak bisa memilikiku suat hari.
Di saat itulah aku benar- benar
kehabisan kata- kata.
Bayangkan` secara nyata namja ini
mengatakan bahwa aku tidak cukup cantik untuknya—sesuatu hal sensitif yang
menurutku tidak mungkin dikatakan seorang namja kepada seorang yeoja yang
sedang ia dekati.
Aku seorang wanita normal. Wanita
normal manapun akan down jika seorang
namja mengatakan itu padaku. Tapi aku bahkan tidak tahu apa yang kurasakan
setelah mendengarnya mengatakan itu. Aku kecewa? Rasanya tidak juga. Aku justru
penasaran dengan hal itu.
Aku menarik kesimpulan, jangan- jangan namja
ini benar serius. Dia bukan tipe namja gombal. Apa untungnya mengatakan hal
sesensitif itu pada yeoja dambaannya.
Dia, Kim Jonghyun. Namja yang jauh
lebih menghargai kepahitan namun jujur dibanding kata- kata manis tapi menusuk
dari belakang. Aku banyak belajar hal ini darinya.
Dia juga banyak bercerita tentang masa
lalunya—kelam .Keluarganya. Dia menceritakan hampir semua mantan kekasihnya
padaku. Semuanya. Bahwa ia pernah sangat menyayangi seorang yeoja, tetapi
terlanjur kecewa dan sakit hati. Tentang dia yang mungkin memaafkan seseorang
tapi tidak akan pernah bisa menghapus rasa sakit hatinya. Tentang mengapa ia bisa di DO, juga kebiasan buruknya yang suka mabuk-mabukan dulu.
Hhh` sungguh! Untuk apa ia menceritakan
semua hal itu padaku. Ini yang membuatku tertarik. Sebenarnya apa tujuannya?
Ingin membuatku semakin mengenalnya kemudian mengasihaninya dan akhirnya
menerimanya? Tidak! Menurutku bukan seperti itu caranya. Bukankah ini justru
akan membuatku semakin berpikir berkali- kali untuk menerimanya!
Ne` sekarang aku kalah. Aku percaya dia
namja baik. Dia hanya kesepian dan butuh perhatian lebih.
Walaupun dia terlanjur terlihat begitu
buruk di mata orang di sekitarnya. Aku percaya dia namja baik. Dan kalaupun ia
berubah menjadi terlihat buruk, itu pasti ada alasannnya.
* * *
Bagiamana ini!
Apa aku benar mulai membuka hatiku untuknya?
Awalnya aku memandangnya sebelah mata. Bahwa dia tidak lebih dari orang egois
yang menempatkan emosinya di atas segalanya. Tapi dia membuktikan hatinya
padaku. Dia sendiri yang berjanji akan meninggalkan masa lalunya yang
kelam—yang ia yakin sangat sulit itu.
Apa aku mulai menyukai Kim Jonghyun?
TIDAK! Tidak boleh!
Bagaimana dengan Lee Jinki!
Jinki oppa. Bukankah aku seharusnya
memikirkan sunbae satu ini. Sunbae yang sejak dulu kukagumi—kusayangi.
Apakah aku mulai putus asa karena ia
tidak pernah menanggapiku.
Tunggu` tolong berhenti berpikiran
bahwa aku pernah menyatakan rasaku pada Jinki oppa.
Baiklah` mungkin aku hanya
memperlihatkan sedikit rasaku yang mengaguminya, hingga akhirnya dia tahu bahwa
aku menyukainya. Tapi, mungkin memang dia tidak merasakan apa yang kurasakan.
Jadi, tidak ada alasan baginya untuk memberiku harapan. Aku saja yang terlalu
mengagung- agungkan one-side love ku
ini.
Jadi?
Dengan kehadiran Jonghyun oppa,
haruskah aku menyudahi harapanku pada Jinki oppa sekarang!
Kim Jonghyun. Seseorang yang akhirnya
menyadarkanku agar berhenti memvonis sikap seseorang hanya dengan bercermin
masa lalu seseorang yang buruk.
Tapi, dia terlanjur memiliki catatan
masa lalu kelam.
Aku benar- benar merasa sulit dengan
ini. Mengapa namja seperti ini yang harus menyukaiku? Mengapa bukan Jinki oppa
yang anak baik- baik itu?
Tapi bukankah cinta memang seperti itu?
Penuh misteri. Dia tidak datang pada seseorang yang kau inginkan, tapi dia ada
secara intuisi. Tidak dipilih. Tidak ingin memilih.
Kalau mau membandingkan mereka, ini
akan melanggar aturan dunia tentang cinta.
Cinta sama sekali bukanlah sesuatu yang
bisa terlibat dalam suatu perbandingan.
~Untuk apa menunggu Jinki? Atas dasar apa
kau menyimpan harapan padanya? Apa pernah kau melihatnya melihatmu? Apa pernah
kau mendengar dia memanggil namamu? Akhirilah, Ti-eun! Sudah saatnya kau hidup
di duniamu . Bahagiakan dirimu. Berhenti membuat dirimu menangisinya. Suatu
hari dia akan tahu bahwa dia salah besar menyiakan seseorang yang sangat
mencintainya! Dan jika saat itu tiba, kau harus sudah bahagia dengan hidupmu
sendiri. Tolong!
Demikian kompilasi nasihat dari
beberapa sahabatku.
~Ah, tidak juga. Atas dasar apa kau
bisa mengatakan bahwa dia tidak mungkin menyukaimu juga? Menurutku tidak
seperti itu. Entah bagaimana mengataknnya padamu, tapi sungguh aku merasa
cintamu pada Jinki sunbae tidak bertepuk sebelah tangan. Dia mungkin belum
begitu yakin. Hanya saja, ada suatu alasan mengapa ia tidak pernah ingin
menunjukkannya di hadapanmu sekarang. Dia sedang merancang sesuatu sebelum suatu
hari tiba saatnya dia siap menyatakan rasanya padamu. Jadi tetaplah menjaga
perasaanmu untuknya. Percayalah padaku, suatu hari dia juga akan luluh.
Hhhhh` sedangkan beberapa sahabatku
yang lainnya malah membuatku selalu mambangun harapanku kembali setiap kali aku
mulai merasa tidak sanggup lagi. Dadaku selalu sesak tiap kali memikirkan ini.
* * *
Tak ada satupun yang bisa kupastikan
pada Jinki oppa. Entah mulai kapan dan sampai kapan aku akan terus begini.
Hanya mengandalkan kata mungkin—hidup di atas kata mungkin. Mungkin dia juga
menyukaiku. Mungkin dia membenciku. Mungkin dia juga sangat mengharapkanku.
Mungkin ia tidak suka dengan sikapku. Mungkin dia berharap aku akan terus
menyukainya sampai nanti. Mungkin dia tidak sesederhana itu. Mungkin aku bisa
bersatu dengannya suatu hari. Mungkin aku bisa mati jika tidak melihatnya lagi
suatu hari. Kesemuanya—hanya mungkin!
Aku juga mewanti- wanti. Membekali
diriku dengan ini.
Jika suatu hari mendengar berita
tentang dirinya dengan seorang gadis, untuk menghibur diriku anggap saja bahwa
bukan dia tidak menyukaiku hanya saja takdir tidak berpihak padaku.
* * *
Jinki oppa, melihatku seperti ini apa
yang ada di pikiranmu? Apa yang kau rasakan?
“ Tentu” aku tersenyum membiarkan
punggung tanganku dituntun menuju lantai dansa. Jonghyun oppa mengajakku dan
entah mengapa aku tidak menolaknya.
Malam ini kami semua hadir memenuhi
undangan perayaan hari ulang tahun Taemin-goon. Hampir semua mahasiswa seni
music ada disini malam ini. Jonghyun oppa bahkan.
Kini, Jonghyun oppa melingkarkan tangan
kirinya di pinggangku. Sedangkan jemari tangan kanannya ia pasangkan di sela-
sela tangan kiriku. Aku bisa merasakan
aroma tubuhnya. Sedekat ini dia menatap mataku penuh arti, mengikuti alunan
music klasik yang mengiringi. Aku hanya berani balas menatapnya sesekali.
Sebagai wanita normal, jika diperlakukan seperti ini oleh namja tampan,
bukankah seharusnya aku akan segera mendapati jantungku meninggalkan tempatnya.
Hampir semua mata menatapku tidak
percaya. Tapi, sungguh bukan itu yang membuat aku hampir kehabisan nafas
sekarang.
Jinki oppa. Aku melihatnya sedang melihatku.
Entah apa yang mendorongnya, ia kini sudah berada di panggung. Untuk bernyanyi tentu
saja. Sesaat sebelum dia memulainya, untuk pertama kalinya aku memberanikan
diriku menatapnya tajam dari posisi ini, dalam permainan dansa klasik milik
Jonghyun oppa.
Bisa kupastikan matanya itu juga sedang
melihat mataku. Sungguh, aku tidak mampu mengartikan tatapannya itu. Sesaat, ia
kemudian menolehkan pandangannya ke depan—fokus di hadapan piano itu, menarik
nafas dalam sejenak, dan mulai membuka suaranya mengakhiri intro piano yang
akan ia nyanyikan sekarang.
*NOWPlaying: Fool- Onew SHINee
I’m
so oblivious when we’re already over
But
because of the thought that you’ll come back, I’m still smiling
When
there are only upsetting scars, I still believed that you will be next to me
I’m so worried, cause you couldn’t do anything
without me
(Aku menyadari ketika kita sudah lebih
Tetapi karena pikiran bahwa kau akan kembali,
aku masih tersenyum
Ketika ada bekas luka mengganggu, aku tetap
percaya bahwa kau akan di samping ada di sampingku
Aku khawatir, karena kau tidak bisa
melakukan apa-apa tanpaku)
Apa yang kau rasakan Jinki, oppa.
Kulihat kau memulai menyanyikan lagu itu memukau. Kau nampak seperti menyertakan
emosi dalam lagu itu.
If I could meet you again, I want to express my
remaining feelings to you
Am I not good enough for you
Just because I wanted you, are you turning away
from me?
I believe in one and only love
(Jika
aku bisa bertemu denganmu lagi, kuingin mengungkapkan perasaan yang tersisa untukmu
Apakah
aku tidak cukup baik untukmu?
Hanya
karena aku ingin kau, apakah kau berpaling dariku?
Aku
hanya percaya pada satu cinta)
Ekspresi yang kau tunjukkan itu. Apa
artinya? Sepertinya lancang jika menyebut itu sebagai sebuah cemburu. Aku
sungguh berharap kau cemburu melihatku begini. Sedekat ini dengan Jonghyun
oppa. Karena jika tidak, aku mungkin akan mulai goyah akan rasaku ini padamu.
If
I can see you again, If I cuold meet you again, I will be able to smile and
live happy
Don’t
tell me to find another love
Don't
say to search for another love, you wouldn't throw me away
There's
no reason to you
I'm
asking you, even if I'm not by your side, take care of your health
It
was very difficult
(Jika
aku bisa bertemu lagi, jika aku bisa melihatmu lagi, aku akan tersenyum dan
hidup bahagia
Berhenti
untuk mencari cinta lain, Jangan katakan untuk mencari cinta yang lain, kau
tidak akan membuangku pergi
Tidak
ada alasan untukmu
Aku
bertanya padamu, bahkan jika aku tidak di sisimu, jaga kesehatanmu
Itu
sangat sulit)
Tidak` bukankah seharusnya memang
begitu? kau memang harus menyanyikan lagu itu penuh penghayatan. Bukankan itu
yang anak- anak seni music pelajari? Itu hanyalah sebuah lagu yang liricnya
mungkin sedang sangat kau sukai dan kau nyanyikan sekarang—tepat membuat aku
merasa terlalu percaya diri bahwa lagu itu adalah ungkapan akan sesuatu yang
tidak bisa kau utarakan padaku sekarang. Itu tidak lebih dari implementasi ilmu yang
kau dapatkan selama ini. Mengapa harus lagu itu, oppa. Itu bukan satu- satunya
lagu yang ada di dunia ini. Mengapa harus lagu itu!
If
I could meet you again, I want to express my remaining feelings to you
Am
I not good enough for you,
Just
because I wanted you, are you turning away from me?
I
believe in one and only love
(Jika
aku bisa bertemu denganmu lagi, akan kuungkapkn perasaan yang tersisa untukmu
Apakah
aku tidak pantas untukmu?
Hanya
karena aku ingin kau, apakah kau berpaling dariku?
Aku
hanya percaya pada satu cinta)
Aku mungkin terjebak dalam permainan
dansa dengan Jonghyun oppa ini, tapi kau mengacaukan hatiku sejak tadi, oppa.
Aku bahkan tidak memikirkan perasaan Jonghyun oppa sekarang. Mungkin dia akan
sangat murka jika tahu apa yang aku menggangguku sekarang.
Aku terus menatap ke arah Jinki oppa.
Sedangkan Jonghyun oppa memunggunginya. Sesekali ia balas menatap ke arahku—
mataku. Ada sesuatu tentang CARANYA MENATAPKU. Tapi aku tidak tahu apa itu.
Kini, bukan sesekali lagi. Di sela-
sela ia melantunkan lirik, di sela- sela ia memainkan pianonya, ia mulai intens
menatapku. Aku harus mengalihkan pandanganku darinya. Jonghyun oppa ada di
hadapanku sekarang. Jonghyun oppa mempererat pelukannya padaku.
If
I can see you again, I will be able to smile and live happy
Don’t
tell me to find another love
You’re
not going to leave me, there is no way
(Jika
aku bisa bertemu denganmu lagi, aku bisa tersenyum dan hidup bahagia
Jangan
memberitahuku untuk menemukan cinta yang lain
Kau
tidak akan meninggalkan aku, tidak akan)
Apa yang kau lakukan barusan itu, oppa?
Kumohon jangan menyiksaku. Kau mengakhiri lagu itu dengan sempurna. Haruskah
aku benar- benar merasa bahwa kau sedang cemburu melihatku seperti ini! Lalu
pada akhirnya harus kembali sadar bahwa kau tidak akan mungkin mendengar hatiku
berteriak memanggilmu dari sini.
If
you can remember me even just for a moment...
I’m
fine with that...
(Jika
kau mengingatku bahkan hanya untuk sesaat...
Aku
pasti baik-baik saja...)
“Ti-eun ah, gwaenchanayo?”
Lihat, kurasa Jonghyun oppa mulai curiga
dengan situasi ini.
Aku masih terus sibuk menautkan
perasaanku dengan yang dilakukan Jinki oppa barusan.
“Gweanchanayo, eum?”
“eoh? Ania, oppa!”
Maafkan aku Jonghyun oppa. Tapi situasi
ini terlalu sulit bagiku.
“Wae geurae? Kau menangis?!”
Andwae` ia mulai sadar akan keberadaan
buliran air di ujung sudut mata kiriku ini. Ia menundukan wajahnya memastikan
aku menatapnya—yang sedari tadi hanya mengarahkan wajahku ke arah kanan
belakang Jonghyun oppa— panggung. Ia menatapku sendu mendalami mataku yang
kuyakin terlihat jelas berkaca- kaca.
Perlahan, ia melepas tautan jemari
kanannya dari tanganku. Menghapus air mataku yang mulai bercucuran sembarangan.
Ia kemudian menghapusnya lagi dengan kedua ibu jari tangannya sementara jemari
lainnya berada di tengkukku.
“Ulljima!”
Dia terus menenangkanku. Aku sedang
kacau. Entah bagaimana. Yang bisa kulakukan sekarang hanya membenamkan wajahku
yang mulai sembab dalam dadanya.
Aku berusaha keras menahan agar
isakanku tidak terdengar oleh siapapun di sekelilingku— kecuali Jonghyun oppa.
Jonghyun oppa melepaskan pelukannya,
perlahan kembali memegangi tengkukku dan menghapus air mataku. Aku belum berani
menatap apapun—siapapun. Aku hanya menundukan wajahku yang masih saja
menangis—sembab.
Hhhf`
Apa ini? Aku merasakan helaan nafas
seseorang semakin mendekat. Entah mengapa, seharusnya aku menghindari ini
secepatnya. Atau Jinki oppa akan melihatku. Tapi kenapa begini? Aku sama sekali
tidak menghindarinya.
Sebaliknya, secara sadar aku mulai
memejamkan kedua mataku perlahan.
Kau tahu apa yang kunantikan sekarang? Aku
menantikan Jinki oppa datang untuk mencegatku yang akan melakukan ini sebentar
lagi. Iya. Jinki oppa akan datang secepatnya.
```
Tapi kurasa tidak mung....
Dan—
Ia menciumku! Jonghyun oppa akhirnya
melakukannya. Ciuman yang lembut.
Hangat` aku merasakan kehangatan dalam
ciuman yang ia berikan ini.
Menenangkan. Dan tulus.
Apa yang harus kulakukan sekarang?
Haruskah aku membalasnya. Sungguh, aku sedang kacau. Yang ada dihadapanku
ini—menciumku , Jonghyun oppa. Dan yang terus ada di otak dan batinku adalah Jinki
oppa. Jadi apa aku harus menyudahinya sekarang?
Aku hanya mematung.
Aku bisa jamin Jinki oppa juga sedang
melihatku sekarang. Apa yang kulakukan ini? Kenapa aku seegois ini? Apakah aku
membiarkan Jonghyun melakukan ini hanya demi menginginkan kecemburuan Jinki
oppa? Iya, sekali lagi kutegaskan aku ingin Jinki oppa cemburu.
Aku egois. Memikirkan semua kenanganku
yang selama ini hidup di dunia Jinki oppa. Kenangan bagaimana aku mulai
menyukainya, menjadi stalker demi mengetahui semua hal tentangnya, semua
kenangan saat aku berpapasan dengannya tanpa sengaja, tentang jantungku yang
berdebar abnormal setiap ia ada di sekitarku.
Sekarang aku yakin. Ia akan datang,
menarik lenganku agar aku menghentikan ini. Jinki oppa pasti datang. Ia akan
datang! Jika dia datang akan kukatakan pada semua orang di dunia, akulah yeoja
paling beruntung. Iya, dia pasti datang merebutku paksa dari Jonghyun oppa yang
semakin membuatku tenang dengan ciuman yang ia berikan ini.
```
Tchh~
Salah besar!
Aku salah. Ia tidak melakukan itu.
Tidak akan mungkin melakukan itu. Sama sekali tidak nampak tanda- tanda ia
melakukan itu. Itu tidak lebih dari de
javu murahanku yang mustahil.
Aku mulai putus asa. Hatiku benar-
benar sakit. Aku meluapkan semuanya dalam ciuman pertamaku ini. Ciuman
menenangkan Jonghyun oppa. Sedangkan air mataku
tidak bisa lagi kukendalikan sedari tadi.
Aku hanya diam. Menangis. Membiarkan
Jonghyun oppa menenangkanku. Sekali. kali ini aku merasa harus membalas
Jonghyun oppa.
Dia tidak datang mencegatku!
Dia tidak cemburu melihatku dengan
Jonghyun oppa!
GEURAE`
Aku rasa sudah cukup.
Saatnya aku berhenti berpura- pura
bodoh, menutup mata—telinga.
Ayolah`
Terimalah kenyataan ini,
Lee Jinki tidak pernah melihatmu, Park
Ti-eun.
* * *
Terima kasih sudah membuatku merasa
lebih tenang sekarang Kim Jonghyun. Sekarang aku bahkan ada di sisinya. Ia
menarikku ke atas panggung. Benar saja, sesuai dugaanku, kurasa ia akan
menyanyikan sebuah lagu.
“yeorebeon~ aku ingin kalian tahu, aku
sangat bahagia! Yeoja yang ada di sampingku ini, aku sangat menyayanginya!”
Cup~
Ya TUHAN, barusan itu apa yang katakan?
Apa yang ia lakukan?
Ia mencium keningku singkat—manis. Ia
membuatku kehilangan muka di hadapan semua orang yang hadir disini. Teman-
temanku, sunbaedeul, hobaedeul, hampir semuanya menatapku skeptis. Aku hanya
membenamkan wajahku, tertunduk, menahan senyum *blush
Baby- Jonghyun SHINee
Jika kalian bertanya apa yang kurasakan
sekarang. Aku juga tidak tahu pasti. Apakah aku bahagia! Apakah aku merasa
lega! Apakah hatiku sakit! Entahlah. Yang aku tahu, saat ini aku nyaman berada
di sisi Jonghyun oppa.
Dari sini, sulit rasanya menghindari
tuk tidak melihat Jinki oppa yang juga sedang melihat kami yang kini menjadi
pusat perhatian. Hanya saja penglihatanku tidak cukup mampu memastikan
bagaimana ekspresinya di sudut ruangan yang remang itu.
Meski tidak mudah bagiku, tapi mulai
sekarang itu sudah bukan kapasitasku untuk memikirkan dia lagi.
FIN~~~
Ottheyo?
Hhh` sesuai dugaanku. Ini benar fanfict
gagal! *
Tapi, kumohon pengertianya, ders.
Ini serius. Sudah 2 tahun saya tidak
malang-melintang di dunia per-author-an ini.
Mungkin hampir benar- benar sudah melupakan kecenderungan-
kecenderungan dalam menulis fanfict bagus. *keak.bagus.aja.gitu.ffzamandulu.lo,thor
Begini, saya membutuhkan partisipasi
kalian.
Tolong utarakan pendapat kalian tentang
tulisan saya ini, secara sadar dan tidak dalam tekanan dari siapapun. SILAHKAN
TULISKAN APA YANG KALIAN RASA JANGGAL DALAM FANFICT INI, please!
Sungguh, ini menyangkut kelangsungan
karir saya.
*sodorin.kardus.saran
Oke.
Atas apresianya readers-ku terkasih,
Author ambigu ini undur diri.
Gomapseumnida, ders *bow85degree