Minggu, 03 Februari 2013

[Fanfiction] ONE LOVE




Annyeong nae-readers.
Berjumpa lagi dengan Uthyy SHining Fullmoon, si author kemarin sore.
Mengakulah, kalian merindukanku, bukan? *gubrak
Kali ini saya meng-udara dengan modal fanfict uji coba.
Yah` ini sudah cukup lama saya vakum di dunia per-author-an. 2 abad kalau tidak salah.
Sebenarnya ini adalah hutang yang baru sempat saya bayar. Selama menjadi seorang SHAWOL, saya belum pernah membuat fanfict special Jjongie oppa. Jadi, ini merupakan salah satu bentuk dedikasiku.
Tapi kumohon jangan menggerutu jika ini agak typo.
Oyah ` dalam proses membangun kembali jati diri sebagai seorang author, saya banyak browsing literatur di berbagai pages fanfict. Tapi pada akhirnya, saya hanya mengakui seorang author. Tersebutlah Uchica Chanz Cullen. She is my lovely nephew, ders. Fanfict saya kali ini banyak mengandung unsur- unsur bahasa penulisan karyanya. Aku penggemarnya. Akulah saksi hidup bagaimana ia meniti karirnya sehigga saat ini ia tergolong salah satu author tetap di salah satu page fanfict ternama tanah air. Tentu saja saya juga sangat berterima kasih atas batuannya. Dia designer picture serta judul fanfict asay ini. Intinya, saya banyak berhutang budi padanya.
Mian` kalau bahasa saya random, gaje, absurd maupun jika feel-nya rada maksa.
Maafkan saya Jjongie oppa. Saya tidak bermaksud demikian.
Apapun itu`
Saranghae, oppa~
*nebar.kembang

Baiklah` daripada kalian tertular bodoh mendengar curahan hatiku,
Mohon dinikmati, yak!
Check it out~
*bakar.dupa

Title: One Love
Cast: Park Ti-eun (OC), Kim Jonghyun, Lee Jinki, Kim Key-bum, Choi Minho, Lee Taemin.
Backsound: Babo – Onew version
Genre: nan molla (?)
Length:One Shoot
Rating: nan molla (?)


ONE LOVE

“aku sayang kamu, Ti!”
Jederrr`
Pernyataan macam apa itu? Bahkan jika itu pantas disebut sebagai pernyataan cinta. Apa yang ada dipikiranmu ketika secara tiba- tiba ada seseorang yang dengan nada bergurau nan menohok mengatakan itu padamu.
Terpesona?
Tersanjung?
Tidak percaya?
Speechless?
Entah yang mana yang kau lakukan, kalau aku—
“HAH! Apa- apaan ini! Jangan bercanda!” menautkan alis lalu tertawa sekencang mungkin, dan—
“Ti, mungkin bagimu ini terdengar bercanda, tapi jujur ini sungguhan!”
Sejujurnya, ini terlalu konyol bagiku—dan siapapun kurasa.
Bagaimana mungkin seseorang menyatakan sesuatu hal seprestisius itu pada percakapan pertama—yang ternyata juga hanya melalui telephone. Tidakkah itu terlalu terlihat seperti sebuah lelucon. Hya~ tentu saja,

“Hhahahhah !!”
“Ti!!”
“Hhhahahah! Ne”
“Ti-eun!!!”
“wae???”
“Park Ti-eun!!!”
Ok, entah bagaimana, tapi penekanan namja ini terhadap nama ijazahku barusan cukup memberiku alasan untuk menghentikan tawa.
“Ne?!”
“aku serius barusan!”
“ok, tunggu tapi sampai sekarang aku tidak tahu wajah anda, nama anda bahkan”
Baiklah, biar kuceritakan.
Seseorang namja yang entah atas dasar apa ini, tiba-tiba membuka percakapan ditelephone dengan satu pertanyaan yang menurutku tidak sopan untuk sebuah perkenalan awal. Bisa bayangkan dengan ini: apa kau sudah punya pacar?. Entah apa yang aku pikirkan, tapi kujawab seadanya: Belum!
Kuakui, aku juga yang terlalu spontan. Spontanitas yang sangat tidak pantas disebut sebagai polos.
Percakapan ogah- ogahan durasi sekitar 30 menit pun terjadi. Setiap kali ia melontarkan pertanyaan, aku hanya menjawab seadanya. Sesekali terlintas niat mendadak pura-pura gila mengakhiri telephone dengan alibi jaringan lemot sebagai modus. Tapi aku bukan tipe manusia setega itu. Terlebih karena saat itu aku sedang menikmati waktu break kuliah yang cukup lama. Yah` daripada diam di tempat, membiarkan angin sepoi- sepoi menari- nari di wajahku, yang notabene senantiasa menjadi alasanku tertidur sembarangan, lebih baik meladeni percakapan namja ini sembari menunggu jam kuliah selanjutnya, pikirku.
Obrolan yang asyik namun asal- asalan menurutku. Sungguh apapun yang ia katakan hanya terkesan percaya—tidak percaya bagiku. Kesanku ini beralasan, setiap kali aku balik bertanya padanya, dia pun menjawabnya dengan ambigu. Dan aku cukup tidak suka untuk satu hal semacam ini.
Bayangkan saja, dari tadi topik yang kami bahas berputar- putar, belum kuketahui kepastiannya.
Hei` dia bahkan enggan memberitahu identitasnya secara gamblang. Dia hanya membiarkanku menerka- nerka. Dan aku—yang kuakui tergolong bodoh—mengikuti permainannya.
Sampai di saat ia menyatakan sesuatu yang sangat penting yang biasanya orang- orang katakan di moment sakral yang tepat—namun bisa- bisanya ia katakan itu (read: aku sayang kamu)—ia masih saja betah menyembunyikan identitasnya yang sumpah masih kuanggap tidak layak dijadikan sebagai sesuatu hal berbau penasaran.
Sesaat setelah ia menohokku dengan pernyataannya itu, seharusnya aku merasakan hal- hal seperti speechless, terhanyut, berbunga- bunga atau apapun yang semacamnya. Tapi sungguh aku merasa ini ada yang salah.
“ aku minta maaf kalau ini menyinggungmu, tapi ini jujur, Ti!”
Hah` jujur katanya. Benar. Kurasa namja ini benar- benar gangguan jiwa.
“ok, slow down! Tapi bisakah anda memberi saya satu alasan tentang mengapa saya harus mempercayai kata- kata anda barusan itu!”
“entah bagaimana, tapi kau harus percaya!”
“ia, tapi kumohon bagaimana aku harus mempercayai anda! Anda tidak mau mengungkap identitas anda. Anda bahkan terdengar seperti sengaja mengerjaiku!”
“TIDAK! Aku bisa jamin aku tidak mengerjaimu, Ti”
“ck~ sudahlah, siapapun disana. Cukup! Katakan saja sekarang, anda itu temanku, bukan? Atau seorang suruhan dari temanku yang mungkin balas  dendam atas perlakuanku yang pernah melakukan hal semacam ini padanya! Baiklah , dia berhasil. Katakan padanya skor kami seri kali ini! Maafkan aku mengerjainya waktu itu! Bagaimana?”
“Ti-eun, aku bukan temanmu atau suruhan temanmu!!!”
“huft~ sudahlah aku mulai lelah. Sebentar lagi dosenku memulai kuliah. Mengakulah sekarang, maka aku akan memaafkanmu, ARA!?”
“baiklah, meski mungkin tidak mudah bagiku, katakan apa yang harus kulakukan sekarang agar kau percaya padaku bahwa aku ini benar- benar Kim Jonghyun, eks-Seni Music 08 !”
Pletakk` apa katanya barusan! Jonghyun Kim? Kim Jonghyun? Tunggu, nama itu masuk dalam taksiranku tadi? Daaan, EKS-Seni Music 08? Bukankah itu artinya namja ini sudah di Drop Out?
Haa` sudahlah ini pasti bagian dari skenario tidak bermutunya. Mana mungkin dia teman Key-bum oppa. Aku bahkan sudah lupa kalau aku pernah sempat berkenalan dengan seorang sunbae yang sepertinya bernama demikian. Aku juga tidak akan mungkin berurusan dengan bad- namja seperti dia.
Geurae` aku yakin ultimatum yang sedang kupikirkan ini terlalu mustahil ia sanggupi. Dan yah` saya bisa menghadiri mata kuliah Soo Man soesangnim sesaat lagi dengan jiwa tenteram, damai dan sejatera.
“hmm.. kalau kau datang di hadapan ku sekarang, maka aku percaya semua yang kau katakan itu!”
Hhee` Sempurna, Ti. Dia mungkin mengiyakannya, tapi dia tidak mungkin mela....
“Baiklah!”
Eh`
“Apa?!!!”
Woww`
“Aku akan datang sekarang! Tunggulah aku disana!”
Hya` Harus kuakui. Aku bahkan belum menerka responnya barusan. Kita lihat saja nanti.
“Geurae, akan kutunggu disini!”
Hhaha` aku rasa aku tidak perlu kelabakan atas respon sok meyakinkannya barusan. Bisa kupastikan dia tidak akan datang! NANANANA~

*   *   *

Sudah kubilang bukan, seseorang yang mengaku Kim Jonghyun sunbae itu tidak akan datang. Sampai ketika kuliahku usai, aku tidak melihat tanda- tanda kehadiran seorangpun di beranda ruangan yang mulai sepi.
Ck` persis dugaanku. Dasar abal- abal. Tidak jauh berbeda denganku, Park Ti-eun abal- abal, hhhahah~
Kalau begitu, aku pulang sajalah.

*   *   *

Drrrt`
Kuperiksa screen ponselku dengan ogah- ogahan.
Huh` incoming call dari namja abal- abal itu lagi sepertinya. Dengan raut penuh kemenangan—
“Yoeboseyo?”
“KAU DIMANA, Ti-eun?”
Eoh`
Hhhah~ dia mulai mengarang lagi nampaknya.
“aku sudah pulang!”
Sekali lagi, aku tidak perlu panik untuk hal satu ini.
“bukankah sudah kukatakan tunggu aku disana, aku akan datang!”
???`
“memangnya kau ada dimana sekarang?”
“disini, di depan ruanganmu”
“jinja??”
O.O
“kau belum percaya??”
“belum percaya!”
“entah apa yang kau pikirkan tentangku, tapi aku datang kesini, untukmu, di tempat ini, di tempat pertama kali kita berkenalan! Entah bagaimana harus membuatmu mempercayaiku sekarang!”
Chakkaman` sepertinya aku dalam masalah! Kalimat namja itu barusan memang terdengar sungguhan, tapi bukan itu yang membuatku mulai panik. Hei`barusan samar- samar aku mendengar suara khas seseorang yang sepertinya aku kenal di ujung telephone sana.
Andwae` ini membuatku menelan ludah. Itu seperti suaranya Key-bum oppa. Tidak! Aku yakin itu memang suaranya. Suara tenor khasnya. Key-bum oppa!
Bagaimana ini?
Mustahil rasanya aku berurusan dengan orang- orang semacam ini.
Kim Key-bum masuk dalam blacklist mahasiswa bermasalah, yang sewaktu- waktu siap didepak dari kampus jika melakukan satu kali lagi pelanggaran. Yang artinya, kalau saja Key-bum oppa tidak segera kembali ke jalan yang benar waktu itu, maka itu artinya dia akan mengikuti jejak Kim Jonghyun—yang telah resmi di DO itu.


*   *   *


Tebak siapa yang ada di hadapanku sekarang!
BUKAN!
Yang benar saja! Mana mungkin namja setermasyur Choi Minho mau melirikku. Kalau itu terjadi , yakin dan percaya aku akan menjadi salah satu bahan mentah bully para sunbaenim yeoja sehari- hari.
Bukan` bukan Taemin juga. Lee Taemin itu asisten dosen Soo Man seosangnim yang tak seorangpun sanggup menandingi kemampuan dance-nya. Jadi tidak akan mungkin.

NE~
Bravo` namja yang tempo hari kusebut abal- abal itu kini tepat duduk di hadapanku. Kim Jonghyun menatap wajahku terus- menerus. Aku yang masih shock tentang kronologi mengapa aku sampai bisa ada di posisi sekikuk sekarang ini, hanya menenggelamkan wajah semampuku.
Bayangkan saja` siapa yang tahan berhadapan dengan seorang yang masih asing, yang notabene baru berkenalan. Seorang namja yang bahkan tercatat memiliki rekor buruk di kampus. Jujur ini pertama kalinya bagiku. Apa sudah kukatakan? Aku ini tipikal anak baik- baik, yeoja sederhana, yang sangat biasa- biasa saja. Aku tidak pernah berharap akan menghadapi situasi ini. Terbilang ekstrem bagiku terlibat sesuatu dengan namja seperti dia.
Entahlah` aku merasa sedang dalam masalah. Sesekali aku mengedarkan pandangan ke arah teman-temanku yang ada di sekitar, dengan ekspresi mereka yang bisa kutangkap—ada-hubungan-apa-kau-dengan-sunbae-itu?-yang-benar-saja-dia-namjachingumu,Ti?—
Sesekali aku memberanikan diri mengangkat wajahku, balas menatapnya sekilas. Dan...
Hhh~
GOD` harus kuakui dia tampan. Di luar dugaanku dia setampan ini ternyata. Nyatanya aku memang belum pernah memperhatikan wajahnya dekat.
“apa kau bisa percaya padaku sekarang?”
“ne` aku percaya”
“Jeongmalyo? kau percaya semua kata-kataku selama ini?”
“tidak juga! Hmm` baiklah, sedikit”
“hanya sedikit?”
“eum”

Hening`

“ Ti-eun, bisa tolong menatapku sebentar!”
“ne` wae geurae?”
Kuupayakan kembali menatapnya— hati-hati.
“bisakah aku diberi kesempatan memilikimu?”

GOD` sungguh aku mulai kehilangan redaksi yang biasanya melayang- layang dalam batinku. Aku menatapnya skeptis. Hanya itu yang sanggup kulakukan saat ini. Belum selesai aku terpesona dengan tampangnya yang harus kuakui ternyata tampan itu, kini ia membuatku mematung dengan pertanyaannya barusan.
“setidaknya beri aku kesempatan memperjuangkanmu, eum?”
Ya TUHAN! mimiknya saat mengutarakan permintaannya barusan! Dia meraih tangan kananku. Oh, aku bisa gila. Namja tampan yang sepengetahuanku bad- namja ini terlihat begitu tulus dengan yang ia lakukan barusan. Sulit kupercaya dia bisa mengatakan hal- hal demikian.
“Ti-eun?” ia menundukkan wajahnya sedikit, memecah lamunanku dan memastikan menatapnya.  Beberapa saat kemudian aku tersadar. Kutarik tangan kananku singkat yang sedari tadi digenggamnya hangat.
“ini terlalu mendadak. Aku tidak punya alasan untuk mempercayai semua ini, sunbae!”
“maaf jika ini lancang, tapi jika aku tidak mengatakan ini sekarang, seseorang mungkin akan mendahuluiku!”
Apa maksudnya mendahuluinya! Siapa mendahului siapa?
“ ia, tapi..”
Speechless`
“ tapi apa, Ti-eun? Eum?”
Omo` jika aku tidak pandai mengendalikan diriku, aku mungkin akan langsung mengiyakan permintaannya lalu pingsan dalam pelukannnya. Sungguh` terlihat sangat tulus dan manis. Kim Jonghyun sunbae, apa salahku?
“sunbae,kuberitahu aku bukan tipikal yang mudah percaya perkataan orang, terlebih aku merasa orang itu masih asing bagiku!”
“begitu?”
“ne` dan apa sunbae tahu, sunbae terlalu cepat mengatakan hal- hal semacam ini! Setidaknya seseorang harus melalui prosedurnya tersendiri sebelum akhirnya menyatakan hal demikian!”
“seperti itukah?
“Ye, begitulah hati seorang wanita—seperti saya. Kami butuh sesuatu hal- hal semacam pembuktian ketulusan sebelum akhirnya benar- benar menaruh rasa percayanya pada seseorang lawan jenisnya. Do More Talkless!
Dia nampak diam. Mencerna kalimatku barusan.
“ iya, aku mengerti sekarang. Tapi kumohon beri aku satu kesempatan memperjuangkanmu, Ti-eun!”
Karena menurutku, ia mungkin tidak serius dengan ucapannya itu, jadi biarkan sajalah.
“ne, sunbae!”
“jeongmallyo?! Gomapta, Ti-eun!”
“hhehe, ne sunbae” kuulaskan senyuman seadanya yang kuyakin terlihat tidak tulus di matanya.
“bisakah kau memanggilku oppa saja?”
“ne, op- ppa!”
“gomapseumnida, Ti-eun ah!”

*   *   *

Hari- hari setelah itu, aku sendiri benar- benar tidak menyangka mengapa aku bisa meladeni Jonghyun oppa. Setiap kali dia menelphoneku ataupun mengajakku bertemu, aku selalu saja mengiyakannya.
Sebulan. Tiga bulan.
Aku merasa mulai labih akrab dengannya. Sejujurnya aku masih tidak percaya dia benar- benar menepati kata- katanya itu. Mungkin ini yang membuatku membiarkan dia mendekatiku.
Kumerasa dia benar- benar tulus. Suatu hari aku bertanya satu hal padanya. Dan ia memberiku jawaban yang semakin membuatku mulai berhenti menilainya negative.
Aku pernah bertanya padanya, mengapa ia bisa yakin bahwa rasanya padaku itu ia sebut sebagai rasa sayang? Aku menyatakan pendapatku, bahwa mungkin saja itu hanyalah sebatas rasa kagum, simpati, atau yang semacamnya.
Ia menjawab. Bahwa ada sesuatu yang ia sendiri tidak mengerti. Sesuatu yang ia pertanyakan. Mengapa ia bisa yakin akan rasanya itu. Ia sendiri bahkan ingin berteriak, bertanya pada semua orang tentang ini. Tapi ia benar- benar tidak tahu. Yang ia katakan adalah bahwa 2 hal yang ia sukai dariku. Ada sesuatu tentang caraku tersenyum. Sesuatu tentang attitude-ku bertutur dalam menjaga perasaan orang lain sejak perkenalan kami setahun lalu.
Sungguh` aku terpaku dengan pernyataannya itu. Dia namja pertama yang terang- terangan berpendapat seperti itu tentang seorang Park Ti-eun.
Dia juga menjelaskan. Dia pernah menjalin hubungan dengan banyak wanita cantik. Dia bilang aku tidak begitu cantik. Dia bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih cantik jika ia mau. Tapi bukan itu yang ia butuhkan. Dia bilang, dia akan tetap menjadi pengagumku sekalipun mungkin ia tak bisa memilikiku suat hari.
Di saat itulah aku benar- benar kehabisan kata- kata.
Bayangkan` secara nyata namja ini mengatakan bahwa aku tidak cukup cantik untuknya—sesuatu hal sensitif yang menurutku tidak mungkin dikatakan seorang namja kepada seorang yeoja yang sedang ia dekati­.
Aku seorang wanita normal. Wanita normal manapun akan down jika seorang namja mengatakan itu padaku. Tapi aku bahkan tidak tahu apa yang kurasakan setelah mendengarnya mengatakan itu. Aku kecewa? Rasanya tidak juga. Aku justru penasaran dengan hal itu.
Aku menarik kesimpulan, jangan- jangan namja ini benar serius. Dia bukan tipe namja gombal. Apa untungnya mengatakan hal sesensitif itu pada yeoja dambaannya.
Dia, Kim Jonghyun. Namja yang jauh lebih menghargai kepahitan namun jujur dibanding kata- kata manis tapi menusuk dari belakang. Aku banyak belajar hal ini darinya.
Dia juga banyak bercerita tentang masa lalunya—kelam .Keluarganya. Dia menceritakan hampir semua mantan kekasihnya padaku. Semuanya. Bahwa ia pernah sangat menyayangi seorang yeoja, tetapi terlanjur kecewa dan sakit hati. Tentang dia yang mungkin memaafkan seseorang tapi tidak akan pernah bisa menghapus rasa sakit hatinya. Tentang  mengapa ia bisa di DO, juga kebiasan buruknya yang suka mabuk-mabukan dulu.
Hhh` sungguh! Untuk apa ia menceritakan semua hal itu padaku. Ini yang membuatku tertarik. Sebenarnya apa tujuannya? Ingin membuatku semakin mengenalnya kemudian mengasihaninya dan akhirnya menerimanya? Tidak! Menurutku bukan seperti itu caranya. Bukankah ini justru akan membuatku semakin berpikir berkali- kali untuk menerimanya!
Ne` sekarang aku kalah. Aku percaya dia namja baik. Dia hanya kesepian dan butuh perhatian lebih.
Walaupun dia terlanjur terlihat begitu buruk di mata orang di sekitarnya. Aku percaya dia namja baik. Dan kalaupun ia berubah menjadi terlihat buruk, itu pasti ada alasannnya.


*   *   *


Bagiamana ini!
Apa aku benar mulai membuka hatiku untuknya? Awalnya aku memandangnya sebelah mata. Bahwa dia tidak lebih dari orang egois yang menempatkan emosinya di atas segalanya. Tapi dia membuktikan hatinya padaku. Dia sendiri yang berjanji akan meninggalkan masa lalunya yang kelam—yang ia yakin sangat sulit itu.
Apa aku mulai menyukai Kim Jonghyun?
TIDAK! Tidak boleh!
Bagaimana dengan Lee Jinki!
Jinki oppa. Bukankah aku seharusnya memikirkan sunbae satu ini. Sunbae yang sejak dulu kukagumi—kusayangi.
Apakah aku mulai putus asa karena ia tidak pernah menanggapiku.
Tunggu` tolong berhenti berpikiran bahwa aku pernah menyatakan rasaku pada Jinki oppa.
Baiklah` mungkin aku hanya memperlihatkan sedikit rasaku yang mengaguminya, hingga akhirnya dia tahu bahwa aku menyukainya. Tapi, mungkin memang dia tidak merasakan apa yang kurasakan. Jadi, tidak ada alasan baginya untuk memberiku harapan. Aku saja yang terlalu mengagung- agungkan one-side love ku ini.
Jadi?
Dengan kehadiran Jonghyun oppa, haruskah aku menyudahi harapanku pada Jinki oppa sekarang!
Kim Jonghyun. Seseorang yang akhirnya menyadarkanku agar berhenti memvonis sikap seseorang hanya dengan bercermin masa lalu seseorang yang buruk.
Tapi, dia terlanjur memiliki catatan masa lalu kelam.
Aku benar- benar merasa sulit dengan ini. Mengapa namja seperti ini yang harus menyukaiku? Mengapa bukan Jinki oppa yang anak baik- baik itu?
Tapi bukankah cinta memang seperti itu? Penuh misteri. Dia tidak datang pada seseorang yang kau inginkan, tapi dia ada secara intuisi. Tidak dipilih. Tidak ingin memilih.
Kalau mau membandingkan mereka, ini akan melanggar aturan dunia tentang cinta.
Cinta sama sekali bukanlah sesuatu yang bisa terlibat dalam suatu perbandingan.

~Untuk apa menunggu Jinki? Atas dasar apa kau menyimpan harapan padanya? Apa pernah kau melihatnya melihatmu? Apa pernah kau mendengar dia memanggil namamu? Akhirilah, Ti-eun! Sudah saatnya kau hidup di duniamu . Bahagiakan dirimu. Berhenti membuat dirimu menangisinya. Suatu hari dia akan tahu bahwa dia salah besar menyiakan seseorang yang sangat mencintainya! Dan jika saat itu tiba, kau harus sudah bahagia dengan hidupmu sendiri. Tolong!
Demikian kompilasi nasihat dari beberapa sahabatku.
~Ah, tidak juga. Atas dasar apa kau bisa mengatakan bahwa dia tidak mungkin menyukaimu juga? Menurutku tidak seperti itu. Entah bagaimana mengataknnya padamu, tapi sungguh aku merasa cintamu pada Jinki sunbae tidak bertepuk sebelah tangan. Dia mungkin belum begitu yakin. Hanya saja, ada suatu alasan mengapa ia tidak pernah ingin menunjukkannya di hadapanmu sekarang. Dia sedang merancang sesuatu sebelum suatu hari tiba saatnya dia siap menyatakan rasanya padamu. Jadi tetaplah menjaga perasaanmu untuknya. Percayalah padaku, suatu hari dia juga akan luluh.
Hhhhh` sedangkan beberapa sahabatku yang lainnya malah membuatku selalu mambangun harapanku kembali setiap kali aku mulai merasa tidak sanggup lagi. Dadaku selalu sesak tiap kali memikirkan ini.

*   *   *

Tak ada satupun yang bisa kupastikan pada Jinki oppa. Entah mulai kapan dan sampai kapan aku akan terus begini. Hanya mengandalkan kata mungkin—hidup di atas kata mungkin. Mungkin dia juga menyukaiku. Mungkin dia membenciku. Mungkin dia juga sangat mengharapkanku. Mungkin ia tidak suka dengan sikapku. Mungkin dia berharap aku akan terus menyukainya sampai nanti. Mungkin dia tidak sesederhana itu. Mungkin aku bisa bersatu dengannya suatu hari. Mungkin aku bisa mati jika tidak melihatnya lagi suatu hari. Kesemuanya—hanya mungkin!
Aku juga mewanti- wanti. Membekali diriku dengan ini.
Jika suatu hari mendengar berita tentang dirinya dengan seorang gadis, untuk menghibur diriku anggap saja bahwa bukan dia tidak menyukaiku hanya saja takdir tidak berpihak padaku.

*   *   *

Jinki oppa, melihatku seperti ini apa yang ada di pikiranmu? Apa yang kau rasakan?
“ Tentu” aku tersenyum membiarkan punggung tanganku dituntun menuju lantai dansa. Jonghyun oppa mengajakku dan entah mengapa aku tidak menolaknya.
Malam ini kami semua hadir memenuhi undangan perayaan hari ulang tahun Taemin-goon. Hampir semua mahasiswa seni music ada disini malam ini. Jonghyun oppa bahkan.
Kini, Jonghyun oppa melingkarkan tangan kirinya di pinggangku. Sedangkan jemari tangan kanannya ia pasangkan di sela- sela tangan kiriku.  Aku bisa merasakan aroma tubuhnya. Sedekat ini dia menatap mataku penuh arti, mengikuti alunan music klasik yang mengiringi. Aku hanya berani balas menatapnya sesekali. Sebagai wanita normal, jika diperlakukan seperti ini oleh namja tampan, bukankah seharusnya aku akan segera mendapati jantungku meninggalkan tempatnya.
Hampir semua mata menatapku tidak percaya. Tapi, sungguh bukan itu yang membuat aku hampir kehabisan nafas sekarang.
Jinki oppa. Aku melihatnya sedang melihatku. Entah apa yang mendorongnya, ia kini sudah berada di panggung. Untuk bernyanyi tentu saja. Sesaat sebelum dia memulainya, untuk pertama kalinya aku memberanikan diriku menatapnya tajam dari posisi ini, dalam permainan dansa klasik milik Jonghyun oppa.
Bisa kupastikan matanya itu juga sedang melihat mataku. Sungguh, aku tidak mampu mengartikan tatapannya itu. Sesaat, ia kemudian menolehkan pandangannya ke depan—fokus di hadapan piano itu, menarik nafas dalam sejenak, dan mulai membuka suaranya mengakhiri intro piano yang akan ia nyanyikan sekarang.

*NOWPlaying: Fool- Onew SHINee

I’m so oblivious when we’re already over
But because of the thought that you’ll come back, I’m still smiling
When there are only upsetting scars, I still believed that you will be next to me
I’m so worried, cause you couldn’t do anything without me
(Aku menyadari ketika kita sudah lebih
Tetapi karena pikiran bahwa kau akan kembali, aku masih tersenyum
Ketika ada bekas luka mengganggu, aku tetap percaya bahwa kau akan di samping ada di sampingku
Aku khawatir, karena kau tidak bisa melakukan apa-apa tanpaku)

Apa yang kau rasakan Jinki, oppa. Kulihat kau memulai menyanyikan lagu itu memukau. Kau nampak seperti menyertakan emosi dalam lagu itu.

If I could meet you again, I want to express my remaining feelings to you
Am I not good enough for you
Just because I wanted you, are you turning away from me?
I believe in one and only love
(Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, kuingin mengungkapkan perasaan yang tersisa untukmu
Apakah aku tidak cukup baik untukmu?
Hanya karena aku ingin kau, apakah kau berpaling dariku?
Aku hanya percaya pada satu cinta)

Ekspresi yang kau tunjukkan itu. Apa artinya? Sepertinya lancang jika menyebut itu sebagai sebuah cemburu. Aku sungguh berharap kau cemburu melihatku begini. Sedekat ini dengan Jonghyun oppa. Karena jika tidak, aku mungkin akan mulai goyah akan rasaku ini padamu.

If I can see you again, If I cuold meet you again, I will be able to smile and live happy
Don’t tell me to find another love
Don't say to search for another love, you wouldn't throw me away
There's no reason to you
I'm asking you, even if I'm not by your side, take care of your health
It was very difficult
(Jika aku bisa bertemu lagi, jika aku bisa melihatmu lagi, aku akan tersenyum dan hidup bahagia
Berhenti untuk mencari cinta lain, Jangan katakan untuk mencari cinta yang lain, kau tidak akan membuangku pergi
Tidak ada alasan untukmu
Aku bertanya padamu, bahkan jika aku tidak di sisimu, jaga kesehatanmu
Itu sangat sulit)

Tidak` bukankah seharusnya memang begitu? kau memang harus menyanyikan lagu itu penuh penghayatan. Bukankan itu yang anak- anak seni music pelajari? Itu hanyalah sebuah lagu yang liricnya mungkin sedang sangat kau sukai dan kau nyanyikan sekarang—tepat membuat aku merasa terlalu percaya diri bahwa lagu itu adalah ungkapan akan sesuatu yang tidak bisa kau utarakan padaku sekarang. Itu tidak lebih dari implementasi ilmu yang kau dapatkan selama ini. Mengapa harus lagu itu, oppa. Itu bukan satu- satunya lagu yang ada di dunia ini. Mengapa harus lagu itu!

If I could meet you again, I want to express my remaining feelings to you
Am I not good enough for you,
Just because I wanted you, are you turning away from me?
I believe in one and only love
(Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, akan kuungkapkn perasaan yang tersisa untukmu
Apakah aku tidak pantas untukmu?
Hanya karena aku ingin kau, apakah kau berpaling dariku?
Aku hanya percaya pada satu cinta)

Aku mungkin terjebak dalam permainan dansa dengan Jonghyun oppa ini, tapi kau mengacaukan hatiku sejak tadi, oppa. Aku bahkan tidak memikirkan perasaan Jonghyun oppa sekarang. Mungkin dia akan sangat murka jika tahu apa yang aku menggangguku sekarang.
Aku terus menatap ke arah Jinki oppa. Sedangkan Jonghyun oppa memunggunginya. Sesekali ia balas menatap ke arahku— mataku. Ada sesuatu tentang CARANYA MENATAPKU. Tapi aku tidak tahu apa itu.
Kini, bukan sesekali lagi. Di sela- sela ia melantunkan lirik, di sela- sela ia memainkan pianonya, ia mulai intens menatapku. Aku harus mengalihkan pandanganku darinya. Jonghyun oppa ada di hadapanku sekarang. Jonghyun oppa mempererat pelukannya padaku.

If I can see you again, I will be able to smile and live happy
Don’t tell me to find another love
You’re not going to leave me, there is no way
(Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku bisa tersenyum dan hidup bahagia
Jangan memberitahuku untuk menemukan cinta yang lain
Kau tidak akan meninggalkan aku, tidak akan)

Apa yang kau lakukan barusan itu, oppa? Kumohon jangan menyiksaku. Kau mengakhiri lagu itu dengan sempurna. Haruskah aku benar- benar merasa bahwa kau sedang cemburu melihatku seperti ini! Lalu pada akhirnya harus kembali sadar bahwa kau tidak akan mungkin mendengar hatiku berteriak memanggilmu dari sini.

If you can remember me even just for a moment...
I’m fine with that...
(Jika kau mengingatku bahkan hanya untuk sesaat...
Aku pasti baik-baik saja...)

“Ti-eun ah, gwaenchanayo?”
Lihat, kurasa Jonghyun oppa mulai curiga dengan situasi ini.
Aku masih terus sibuk menautkan perasaanku dengan yang dilakukan Jinki oppa barusan.
“Gweanchanayo, eum?”
“eoh? Ania, oppa!”
Maafkan aku Jonghyun oppa. Tapi situasi ini terlalu sulit bagiku.
“Wae geurae? Kau menangis?!”
Andwae` ia mulai sadar akan keberadaan buliran air di ujung sudut mata kiriku ini. Ia menundukan wajahnya memastikan aku menatapnya—yang sedari tadi hanya mengarahkan wajahku ke arah kanan belakang Jonghyun oppa— panggung. Ia menatapku sendu mendalami mataku yang kuyakin terlihat jelas berkaca- kaca.
Perlahan, ia melepas tautan jemari kanannya dari tanganku. Menghapus air mataku yang mulai bercucuran sembarangan. Ia kemudian menghapusnya lagi dengan kedua ibu jari tangannya sementara jemari lainnya berada di tengkukku.

“Ulljima!”
Dia terus menenangkanku. Aku sedang kacau. Entah bagaimana. Yang bisa kulakukan sekarang hanya membenamkan wajahku yang mulai sembab dalam dadanya.
Aku berusaha keras menahan agar isakanku tidak terdengar oleh siapapun di sekelilingku— kecuali Jonghyun oppa.
Jonghyun oppa melepaskan pelukannya, perlahan kembali memegangi tengkukku dan menghapus air mataku. Aku belum berani menatap apapun—siapapun. Aku hanya menundukan wajahku yang masih saja menangis—sembab.
Hhhf`
Apa ini? Aku merasakan helaan nafas seseorang semakin mendekat. Entah mengapa, seharusnya aku menghindari ini secepatnya. Atau Jinki oppa akan melihatku. Tapi kenapa begini? Aku sama sekali tidak menghindarinya.
Sebaliknya, secara sadar aku mulai memejamkan kedua mataku perlahan.
Kau tahu apa yang kunantikan sekarang? Aku menantikan Jinki oppa datang untuk mencegatku yang akan melakukan ini sebentar lagi. Iya. Jinki oppa akan datang secepatnya.
```
Tapi kurasa tidak mung....
Dan—
Ia menciumku! Jonghyun oppa akhirnya melakukannya. Ciuman yang lembut.
Hangat` aku merasakan kehangatan dalam ciuman yang ia berikan ini.
Menenangkan. Dan tulus.
Apa yang harus kulakukan sekarang? Haruskah aku membalasnya. Sungguh, aku sedang kacau. Yang ada dihadapanku ini—menciumku , Jonghyun oppa. Dan yang terus ada di otak dan batinku adalah Jinki oppa. Jadi apa aku harus menyudahinya sekarang?
Aku hanya mematung.
Aku bisa jamin Jinki oppa juga sedang melihatku sekarang. Apa yang kulakukan ini? Kenapa aku seegois ini? Apakah aku membiarkan Jonghyun melakukan ini hanya demi menginginkan kecemburuan Jinki oppa? Iya, sekali lagi kutegaskan aku ingin Jinki oppa cemburu.
Aku egois. Memikirkan semua kenanganku yang selama ini hidup di dunia Jinki oppa. Kenangan bagaimana aku mulai menyukainya, menjadi stalker demi mengetahui semua hal tentangnya, semua kenangan saat aku berpapasan dengannya tanpa sengaja, tentang jantungku yang berdebar abnormal setiap ia ada di sekitarku.
Sekarang aku yakin. Ia akan datang, menarik lenganku agar aku menghentikan ini. Jinki oppa pasti datang. Ia akan datang! Jika dia datang akan kukatakan pada semua orang di dunia, akulah yeoja paling beruntung. Iya, dia pasti datang merebutku paksa dari Jonghyun oppa yang semakin membuatku tenang dengan ciuman yang ia berikan ini.
```
Tchh~
Salah besar!
Aku salah. Ia tidak melakukan itu. Tidak akan mungkin melakukan itu. Sama sekali tidak nampak tanda- tanda ia melakukan itu. Itu tidak lebih dari de javu murahanku yang mustahil.
Aku mulai putus asa. Hatiku benar- benar sakit. Aku meluapkan semuanya dalam ciuman pertamaku ini. Ciuman menenangkan Jonghyun oppa. Sedangkan air mataku tidak bisa lagi kukendalikan sedari tadi.
Aku hanya diam. Menangis. Membiarkan Jonghyun oppa menenangkanku. Sekali. kali ini aku merasa harus membalas Jonghyun oppa.

Dia tidak datang mencegatku!
Dia tidak cemburu melihatku dengan Jonghyun oppa!

GEURAE`
Aku rasa sudah cukup.
Saatnya aku berhenti berpura- pura bodoh, menutup mata—telinga.
Ayolah`
Terimalah kenyataan ini,
Lee Jinki tidak pernah melihatmu, Park Ti-eun.

*   *   *

Terima kasih sudah membuatku merasa lebih tenang sekarang Kim Jonghyun. Sekarang aku bahkan ada di sisinya. Ia menarikku ke atas panggung. Benar saja, sesuai dugaanku, kurasa ia akan menyanyikan sebuah lagu.
“yeorebeon~ aku ingin kalian tahu, aku sangat bahagia! Yeoja yang ada di sampingku ini, aku sangat menyayanginya!”
Cup~
Ya TUHAN, barusan itu apa yang katakan? Apa yang ia lakukan?
Ia mencium keningku singkat—manis. Ia membuatku kehilangan muka di hadapan semua orang yang hadir disini. Teman- temanku, sunbaedeul, hobaedeul, hampir semuanya menatapku skeptis. Aku hanya membenamkan wajahku, tertunduk, menahan senyum *blush

Baby- Jonghyun SHINee

Jika kalian bertanya apa yang kurasakan sekarang. Aku juga tidak tahu pasti. Apakah aku bahagia! Apakah aku merasa lega! Apakah hatiku sakit! Entahlah. Yang aku tahu, saat ini aku nyaman berada di sisi Jonghyun oppa.
Dari sini, sulit rasanya menghindari tuk tidak melihat Jinki oppa yang juga sedang melihat kami yang kini menjadi pusat perhatian. Hanya saja penglihatanku tidak cukup mampu memastikan bagaimana ekspresinya di sudut ruangan yang remang itu.

Meski tidak mudah bagiku, tapi mulai sekarang itu sudah bukan kapasitasku untuk memikirkan dia lagi.


FIN~~~
Ottheyo?
Hhh` sesuai dugaanku. Ini benar fanfict gagal! *
Tapi, kumohon pengertianya, ders.
Ini serius. Sudah 2 tahun saya tidak malang-melintang di dunia per-author-an ini.
Mungkin hampir  benar- benar sudah melupakan kecenderungan- kecenderungan dalam menulis fanfict bagus. *keak.bagus.aja.gitu.ffzamandulu.lo,thor
Begini, saya membutuhkan partisipasi kalian.
Tolong utarakan pendapat kalian tentang tulisan saya ini, secara sadar dan tidak dalam tekanan dari siapapun. SILAHKAN TULISKAN APA YANG KALIAN RASA JANGGAL DALAM FANFICT INI, please!
Sungguh, ini menyangkut kelangsungan karir saya.
*sodorin.kardus.saran

Oke.
Atas apresianya readers-ku terkasih,
Author ambigu ini undur diri.
Gomapseumnida, ders *bow85degree