Sabtu, 27 Oktober 2012

tugas kelompok MAKALAH TOKSIKOLOGI DAN KEAMANAN PANGAN


Tugas Kelompok


MAKALAH TOKSIKOLOGI DAN KEAMANAN PANGAN
PENGGUNAAN BAHAN PENGAWET DAN DAMPAKNYA

 







Oleh:
KELOMPOK II
KELAS B



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012





KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat  Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya makalah sederhana ini dapat kami rampungkan.
            Makalah yang berjudul “ Penggunaan Bahan Pengawet pada Makanan dan Dampaknya” ini berisi tentang ulasan berbagai macam bahan pengawet yang umumnya digunakan oleh masyarakat.
Dengan rampungnya makalah kami ini, besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca maupun audience pada presesentasi kami. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga atas partisipasi para pihak yang telah berjasa membantu dalam proses penyelesaian makalah kami ini.
Wassalam.
                                                                                                         Makassar, 27 Oktober 2011      
                                                                             Penyusun

                                                                              Kelompok II





DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................................            i
KATA PENGANTAR..................................................................................................           ii
DAFTAR ISI................................................................................................................          iii
BAB I PENDAHULUAN
            LATAR BELAKANG.....................................................................................            1
            RUMUSAN MASALAH................................................................................            2
            TUJUAN.........................................................................................................           2
BAB II PEMBAHASAN
            PENGGUNAAN FORMALIN DAN BORAKS...........................................             3
BAHAN PENGAWET SINTESIS  PADA MAKANAN SELAIN    FORMALIN DAN BORAKS.......................................................................                                            5
DAMPAK PENGAWET SINTESIS TERHADAP TUBUH.......................                 8
JENIS-JENIS TEKNIK PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN              MAKANAN..................................................................................................             10
BAB III PENUTUP
            KESIMPULAN............................................................................................              13
            SARAN.........................................................................................................             13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................             iv

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Era globalisasi menuntut semua negara untuk memiliki motivasi baru yang menciptakan terobosan-terobosan mutakhir baik dalam bentuk inovasi maupun discovery. Perkembangan ini tentu membawa manusia pada berbagai macam kemajuan. Diantaranya adalah kemajuan di bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, bioteknologi, bisnis, dan sebagainya. Kemajuan-kemajuan ini memang ada kalanya baik bagi manusia dan ada kalanya bersifat merusak. Baik disini berarti dapat memberikan manfaat untuk kehidupan manusia dan lingkungannya. Dikatakan merusak (destroy) karena dapat berdampak negatif bagi kehidupan manusia beserta lingkungannya.
Salah satu kemajuan yang memiliki dua dampak positif dan negatif adalah kemajuan di bidang bisnis makanan dan minuman instant (siap saji) baik dalam bentuk kalengan maupun dalam bentuk botolan/juga sachetan. Dalam makanan/minuman ini biasanya terdapat zat pengawet (preservatives). Bahan pengawet (preservatives) ini dicampurkan dalam makanan/minuman instant agar bisa memperpanjang daya tahan makanan/minuman. Kebanyakan makanan/minuman yang beredar di pasaran bisa bertahan hingga beberapa bulan, bahkan bisa sampai 1 tahun. Namun ada satu alasan lagi, mengapa para produsen makanan/minuman mencampurkan bahan pengawet dalam produk mereka. Sebenarnya, hal ini dilakukan agar rasa makanan/minuman itu menjadi lebih enak dan warnanya pun menjadi lebih menarik, sehingga konsumen merasa tertarik untuk membelinya.
Penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan bahwa banyak produk makanan/minuman di pasaran yang tidak menyebutkan atau memalsukan nama dari bahan pengawet yang tertera. Dalam penelitiannya BPOM menemukan beberapa zat pengawet kimia, diantaranya asam benzoat, kalsium benzoat, asam sorbat, kalium nitrit, dan sebagainya. Dalam produk makanan/minuman. Bahan-bahan pengawet tersebut dapat berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Meskipun demikian, masyarakat luas masih lebih suka memilih makanan/minuman siap saji yang mudah dan praktis dari pada yang alami. Padahal di dalam makanan/minuman tersebut terdapat pengawet kimia.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.         Bagaimana penggunaan formalin dan boraks pada makanan dan dampaknya ?
2.         Apa sajakah  jenis bahan pengawet sintetis yang biasa digunakan dalam produk makanan dan minuman  selain boraks dan formalin?
3.         Bagaimana pengaruh yang ditimbulkan oleh bahan pengawet sintetis bila dikonsumsi secara berlebihan terhadap tubuh manusia?
4.         Bagaimanakah teknik pengolahan dan pengawetan bahan makanan yang ideal bagi masyarakat?

C.      Tujuan
Adapun tujuan  yang hendak dicapai dalam hal ini antara lain:
1.      Untuk mengetahui penggunaan formalin dan boraks pada makanan
2.      Untuk mengetahui bahan pengawet sintetis yang biasa digunakan dalam produk makanan dan minuman  selain boraks dan formalin
3.      Untuk memahami pengaruh yang ditimbulkan oleh bahan pengawet sintetis bila dikonsumsi secara berlebihan terhadap tubuh manusia
4.      Untuk mengetahui teknik pengolahan dan pengawetan bahan makanan yang ideal bagi masyarakat



BAB II
PEMBAHASAN


A.      Penggunaan Formalin dan Boraks
1.      Formalin
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 persen. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 % serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet.
Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda-beda antara lain: Formol, Morbicid, Methanal,  Formic aldehyde, Methyl oxide,  Oxymethylene,  Methylene aldehyde, Oxomethane, Formoform,  Formalith, Karsan,  Methylene glycol,  Paraforin,  Polyoxymethylene glycols, Superlysoform, Tetraoxymethylene, dan Trioxane.
                        Penggunaan formalin yang sebenarnya sebagai berikut:
·           Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang, dan pakaian.
·           Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.
·           Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, dan bahan peledak.
·           Dalam dunia fotografi digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas.
·           Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
·           Bahan untuk pembuatan produk parfum.
·            Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.
·           Pencegah korosi untuk sumur minyak.
·           Bahan untuk insulasi busa.
·           Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood).
·           Cairan pembalsam ( pengawet mayat ).


Berikut efek yang ditimbulkan oleh penggunaan formalin pada makanan.
·           Akut : efek pada kesehatan manusia langsung terlihat : seperti iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing.
·           Kronik : efek pada kesehatan manusia terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang : iritasi kemungkin parah, mata berair, gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas, system saraf pusat, menstruasi dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan kanker). Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh.

Untuk bahan pangan yang mengandung formalin, dapat diknali lebih awal dengan memperhatikan ciri- ciri sebagai berikut:
·           Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa hari dan tidak mudah busuk.
·           Mie basah yang awet beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin.
·           Ayam potong yang berwarna putih bersih, awet dan  tidak mudah busuk.
·           Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua bukan merah segar, awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.

2.      Boraks
Boraks merupakan suatu kristal lunak yang mengandung unsur boron, berwarna dan mudah larut dalam air. Boraks dalam air berubah menjadi natrium hidoksida dan asam borat. Sifat-sifat boraks : berbentuk serbuk kristal putih, tidak berbau, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, memiliki pH 9,5. Boraks adalah senyawa yang dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus serta memiliki kekenyalan yang khas. Dengan kemampuan tersebut boraks sering disalahgunakan oleh para produsen makanan yaitu digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan yang dijualnya. Namun begitu boraks merupakan bahan tambahan makanan yang sangat berbahaya bagi manusia karena bersifat racun.
Boraks atau  natrium tetraborat (Na2B4O7.H2O) yang banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu dan keramik. Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat didalamnya. Boraks dan asam borat juga digunakan untuk deterjen, mengurangi kesadahan dan antiseptik lemah. Boraks umumnya digunakan untuk mempercepat empuknya sayur mayur yang dimasak sekaligus memberikan aroma sedap, serta mempertahankan warna hijau dari sayuran lebih lama. Boraks dijual dipasarkan dengan label bleng, dengan maksud menyamarkan identitas aslinya. Bleng ini dapat dibeli dengan harga murah dan didapat dengan mudah, sehingga masyakat banyak menggunakan bahan berbahaya ini.
           Mengkonsumsi makanan berboraks dalam jumlah berlebihan akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian. Batas aman/legal penggunaan boraks dalam makanan adalah 1 gram / 1 kg pangan.
Boraks sering digunakan dalam pembuatan makanan berikut ini:
·      Karak/ lempeng (kerupuk beras), sebagai komponen pembantu pembuatan gendar (adonan calon kerupuk)
·      Mie
·      Lontong, sebagai pengeras
·      Ketupat, sebagai pengeras
·      Bakso, sebagai pengawet dan pengeras kecap, sebagai pengawet
·      Cenil, sebagai pengeras
B.       Bahan Pengawet Sintesis  pada Makanan selain Formalin dan Boraks
1.      Bahan pengawet yang diizinkan namun kurang aman dalam  makanan
Beberapa zat pengawet berikut diindikasikan menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi oleh individu tertentu, misalnya yang alergi atau digunakan secara berlebihan. Adapun beberapa pengawet sintetis tersebut yaitu :
·           Asam Benzoat
Asam benzoat adalah bahan pengawet yang sering dipakai dalam pembuatan makanan. Penggunaan bahan pengawet ini cukup banyak mendominasi produk makanan. Bahan pengawet ini dicampurkan dalam suatu produk makanan dengan tujuan untuk mempertahankan bahan pangan dari serangan mikroba. Mikroba merupakan sel mikroorganisme seperti jamur, kapang, bakteri maupun kuman. Sel mikroorganisme ini dapat mempercepat pembusukan makanan. Akan tetapi, asam benzoat dapat mencegah atau menghentikan proses pertumbuhan bakteri dalam suatu produk makanan.
·         Kalium Nitrit
Kalium nitrit merupakan bahan pengawet sintetis yang berwarna putih atau kuning. Bahan pengawet ini mempunyai kelarutan (solubility) yang tinggi dalam air. Bahan ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Kalium nitrit mempunyai efektivitas sangat tinggi karena dapat membunuh bakteri dalam kurun waktu yang relatif singkat. Pengawet ini sering digunakan pada daging dan ikan.
·         Kalsium Propionat/Natrium Propionat
Kalsium propionat dan natrium propionat termasuk golongan asam propionat. Penggunaan kedua pengawet ini untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Jamur dan kapang sangat merugikan dalam makanan karena dapat mempercepat pembusukan. Bahan pengawet ini biasanya digunakan untuk produk roti dan tepung, sehingga roti dan tepung yang ditambahkan bahan pengawet ini dapat bertahan lebih lama di pasaran.
·         Natrium Metasulfat
Natrium metasulfat merupakan bahan pengawet yang memiliki fungsi hampir sama dengan kalsium propionat/natrium propionat, yaitu mencegah tumbuhnya jamur dan kapang yang dapat mempercepat proses pembusukan.
2.  Bahan pengawet yang diizinkan namun kurang aman dalam minuman
Beberapa zat pengawet berikut diindikasikan menimbulkan efek negatif bila dikonsumsi oleh individu tertentu, semisal yang sensitif dengan bahan pengawet tersebut atau digunakan secara berlebihan. Adapun beberapa pengawet sintetis tersebut adalah sebagai berikut :

·         Kalsium Benzoat
Kalsium benzoat merupakan bahan pengawet yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil racun (toksin), bakteri-bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat mempengaruhi rasa. Bahan minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan aroma fenol, yaitu seperti aroma obat cair. Asam benzoat digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan asin.
·         Sulfur Dioksida (SO2)
Sulfur dioksida merupakan bahan pengawet yang diizinkan namun kurang aman dikonsumsi. Akan tetapi, penggunaan sulfur dioksida dalam bahan minuman dapat menghambat pertumbuhan bakteri, jamur, dan kapang, sehingga minuman tersebut menjadi lebih awet. Bahan pengawet ini sering ditambahkan pada sari buah, buah kering, kacang kering, sirup dan acar.
·         Asam Sorbat
Asam sorbat juga merupakan bahan pengawet yang diizinkan namun kurang aman bila dikonsumsi. Seperti halnya zat-zat pengawet yang lain, asam sorbat juga berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri dalam minuman. Penggunaan asam sorbat juga dimaksudkan agar minuman berkesan berasa asam. Asam sorbat biasa digunakan pada produk beraroma jeruk, keju, salad, buah dan kerap juga ditambahkan pada produk minuman.
3.      Bahan Pengawet Yang Tidak Aman Dalam Makanan/Minuman
Beberapa zat pengawet berikut merupakan zat pengawet berbahaya bagi kesehatan bila dikonsumsi, karena bahan pengawet ini bersifat toksin (racun) dalam tubuh. Adapun beberapa pengawet sintetis tersebut adalah sebagai berikut :
·         Natamysin
Natamysin adalah bahan pengawet yang tidak aman bila dikonsumsi walaupun bahan pengawet ini juga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan/minuman. Di dalam tubuh, natamysin ini juga bersifat toksin/racun sehingga bahan pengawet ini dilarang untuk dicampurkan ke dalam produk makanan/minuman baik sedikit maupun banyak.
·         Kalium Asetat
Kalium asetat merupakan jenis pengawet sintetis yang juga tidak aman bila dikonsumsi. Memang kalium asetat ini dapat mengawetkan makanan/minuman. Akan tetapi, kalium asetat juga merupakan racun bila masuk ke dalam tubuh. Untuk memperoleh rasa asam, makanan/minuman umumnya ditambahi pengawet ini.
·         Butil Hidroksi Anisol (BHA)
BHA merupakan pengawet semacam antioksidan sintetis. Contoh antioksidan sintetis antara lain : Butil Hidroksianol (BHA), digunakan pada daging babi dan sosisnya, minyak sayur, shortening, keripik kentang, pizza dan teh instan. 2.          Butil Hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin, dan mentega. Antioksidan juga termasuk bahan pengawet. Zat ini ditambahkan untuk mencegah timbulnya bau tengik pada makanan yang mengandung lemak/minyak, seperti minyak goreng, keju, margarine, saus tomat, sirup, roti, daging sapi olahan, dan sereal. Antioksidan sebenarnya dapat diperoleh secara alami pada lesitin, Vitamin E, Vitamin C (asam askorbat) merupakan bentukan garam kalium, natrium, dan kalsium.
C.      Dampak Pengawet Sintesis terhadap Tubuh
Beberapa zat pengawet di bawah ini merupakan zat pengawet yang diizinkan oleh BPOM tetapi bila digunakan secara berlebihan bisa mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Diantara bahan pengawet tersebut adalah :
·         Kalsium Benzoat
Bahan pengawet ini diidentifikasikan bisa menyebabkan dampak negatif pada penderita asma karena bahan pengawet ini bisa mempengaruhi mekanisme pernafasan paru-paru sehingga kerja paru-paru tidak normal. Dan kalsium benzoat juga bisa berdampak negatif bagi orang yang peka terhadap aspirin (obat sakit kepala).
·         Sulfur Dioksida
Bahan pengawet ini beresiko menyebabkan perlukaan lambung karena konsentrasi sulfur yang tinggi di dalam lambung merusak dinding-dinding lambung yang banyak mengandung jaringan epitel selindris selapis. Sehingga proses pencernaan pun terganggu. Sulfur dioksida beresiko mempercepat serangan asma; mutasi genetik karena bisa mempengaruhi DNA/gen; menyebabkan kanker karena di dalam tubuh bisa menjadi zat radikal bebas pemicu kanker; dan juga menyebabkan alergi.
·         Kalium Nitrit
Dampak yang ditimbulkan  oleh Kalium Nitrit adalah : menyebabkan keracunan, dapat mempengaruhi kemampuan sel darah merah membawa O2 (oksigen) ke berbagai organ tubuh, menyebabkan kesulitan bernafas karena mempengaruhi kerja paru-paru di dalam tubuh, sakit kepala karena mempengaruhi sistem saraf di otak, anemia (penyakit kekurangan darah merah) karena pengawet ini mempercepat degenerasi (penuaan) sel darah, sehingga konsentrasi darah di dalam tubuh berkurang, radang ginjal yaitu perlukaan di dalam ginjal yang disebabkan terlalu beratnya tugas ginjal untuk menyaring (filtrasi) suatu zat tertentu (bisa juga zat pengawet), muntah-muntah karena lambung menolak zat pengawet yang bersifat racun dengan cara mengeluarkannya lewat mulut.
·         Kalsium Propionat/Natrium Propionat
Adapun dampak yang akan ditimbulkan dengan mengonsumsi makanan yang mengandung Kalsium Propionat yaitu: menyebabkan migren (sakit kepala sebelah), kelelahan, serta kesulitan tidur.
·         Natrium Metasulfat
Bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan alergi pada kulit, seperti gatal-gatal, bercak-bercak merah  dan sebagainya.
·         Asam Sorbat
Pengawet ini apabila dalam konsentrasi tinggi bisa membuat perlukaan pada selaput lidah dan lambung karena sifat pengawet ini adalah bersifat asam.
Sedangkan zat pengawet di bawah ini merupakan zat pengawet yang tidak aman untuk dikonsumsi. Adapun efek negatif dari bahan pengawet itu adalah sebagai berikut :
·         Natamysin
Penggunaan Natamysin dapat menyebabkan  mual dan muntah karena zat pengawet ini bisa mengganggu sistem pencernaan, menyebabkan berkurangnya nafsu makan, serta  diare dan perlukaan pada selaput kulit.
·         Kalium Asetat
Bisa menyebabkan rusaknya fungsi ginjal karena zat pengawet ini tidak mudah dikeluarkan oleh ginjal.
·         Butil Hidro Anisol (BHA)
Mengonsumsi bahan pengawet ini  dapat menyebabkan penyakit hati dan bersifat karsinogen (pemicu timbulnya kanker).
D.      Jenis-Jenis Teknik Pengolahan dan Pengawetan Makanan
1.         Pendinginan
Pendiginan adalah penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan bahan yaitu -2 sampai +100. Cara pengawetan dengan suhu rendah lainya yaitu pembekuan. Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku yaitu pada suhu 12sampai -24oC. Pembekuan cepat (quick freezing) di lakukan pada suhu -24 sampai -40o C. Pendinginan biasanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atauminggu tergantung pada macam bahan panganya, sedangkan pembekuan dapatmengawetkan bahan pangan untuk beberapa bulan atau kadang beberapa tahun. Perbedaan lain antara pendinginan dan pembekuan adalah dalam hal pengaruhnyaterhadap keaktifan mikroorganisme di dalam bahan pangan. Penggunaan suhu rendahdalam pengawetan pangan tidak dapat membunuh bakteri, sehingga jika bahan pangan beku misalnya di keluarkan dari penyimpanan dan di biarkan mencair kembali (thawing), pertumbuhan bakteri pembusuk kemudian berjalan cepat kembali. Pendinginan dan pembekuan masing-masing juga berbeda pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, nilai gizi,dan sifat-sifat lainya. Beberapa bahan pangan menjadi rusak pada suhu penyimpanganyang terlalu rendah.
2.         Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air darisuatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaanenergi panas. Biasanya, kandungan air bahan tersebut di kurangi sampai batas sehinggamikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di dalamya. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudahdan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi menjadi lebih murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai apabilatelah di keringkan, misalnya tembakau, kopi, teh, dan biji-bijian. Di samping keuntungan-keuntunganya, pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian yaitu karena sifat asal bahan yang di keringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, misalnya bentuknya, sifat-sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu dan sebagainya. Kerugian lainya juga disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum dipakai, misalnya harus di basahkan kembali (rehidratasi) sebelum di gunakan. Agar pengeringan dapat berlangsung, harus di berikan energi panas pada bahan yang di keringkan, dan di perlukan aliran udara untuk mengalirkan uap air yang terbentuk keluar dari daerah pengeringan. Penyedotan uap air ini daoat juga di lakukan secara vakum. Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari bahantersebut, dan uap air yang di ambil berasal dari semua permukaan bahan tersebut. Factor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan waktu pengeringan.
3.      Pengemasan
Pengemasan merupakan bagian dari suatu pengolahan makanan yang berfungsi untuk  pengawetan makanan, mencegah kerusakan mekanis, perubahan kadar air. Teknologi pengemasan perkembangan sangat pesat khususnya pengemas plstik yang dengan drasticmendesak peranan kayu, karton, gelas dan metal sebagai bahan pembungkus primer. Berbagai jenis bahan pengepak seperti tetaprak, tetabrik, tetraking merupakan jenisteknologi baru bagi berbagai jus serta produk cair yang dapat dikemas dalam keadaanqaseptiis steril. Sterilisasi bahan kemasan biasanya dilakukan dengan pemberian cairanatau uap hydrogen peroksida dan sinar UV atau radiasi gama.

4.    Pengalengan
 Dalam pengalengan makanan digunakan sterilisasi komersial (bukan sterilisasi mutlak), mungkin saja masih terdapat spora atau mikroba lain (terutama yang bersifat tahan terhadap panas) yang dapat merusak isi apabila kondisinya memungkinkan. Itulah sebabnya makanan dalam kaleng harus disimpan pada kondisi yang sesuai, segerasetelah proses pengalengan selesai.Pengalengan didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semuamikroba patogen (penyebab penyakit) dan pembusuk. Pengalengan secara hermetismemungkinkan makanan dapat terhindar dan kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa.
5.      Teknik fermentasi
Fermentasi bukan hanya berfungsi sebagai pengawet sumber makanan, tetapi juga berkhasiat bagi kesehatan. Salah satumya fermentasi dengan menggunakan bakteri laktat pada bahan pangan akan menyebabkan nilai pH pangan turun di bawah 5.0 sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri fekal yaitu sejenis bakteri yang jika dikonsumsi akan menyebabkan muntah-muntah, diare, atau muntaber. Bakteri laktat (lactobacillus) merupakan kelompok mikroba dengan habitat dan lingkungan hidup sangat luas, baik di perairan (air tawar ataupun laut), tanah, lumpur,maupun batuan. Tercatat delapan jenis bakteri laktat, antara lain Lacobacillus acidophilus, L fermentum, L brevis. Asam laktat yang dihasilkan bakteri dengan nilai pH (keasaman) 3,4-4 cukup untuk menghambat sejumlah bakteri perusak dan pembusuk bahan makanan dan minuman. Namun, selama proses fermentasi sejumlah vitamin juga di hasilnhkan khususnya B-12. Bakteri laktat juga menghasilkan lactobacillin (laktobasilin), yaitu sejenis antibiotikaserta senyawa lain yang berkemampuan menontaktifkan reaksi kimia yang dihasilkan oleh bakteri fekal di dalam tubuh manusia dan bahkan mematikannya.



BAB III

PENUTUP

A.           Kesimpulan
Dari pembahasan di atas diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.        Formalin dan Boraks merupakan bahan pengawet yang masing- masing digunakan sebagai pengawet mayat dan kayu, yang tidak selayaknya digunakan sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) karena sangat berbahaya bagi tubuh manusia.
2.        Bahan pengawet sintesis dapat digolongkan menjadi bahan pengawet yang diizinkan namun kurang aman digunakan dalam makanan/minuman dan bahan pengawet yang tidak aman digunakan dalam makanan.
3.        Dampak yang ditimbulkan dalam penggunaan bahan pengawet sintesis antara lain: pusing, mual, sakit perut, kejang- kujang, kesulitan tidur, gangguan saraf pusat, ginjal, jantung, hati, lambung, paru- paru, pemicu kanker (karsinogen), hingga kematian.
4.        Pendinginan, pengeringan, pengemasan, pengalengan, dan fermentasi adalah teknik pengawetan yang bisa dilakukan tanpa penambahan bahan pengawet terutama pengawet sintesis berbahaya.

B.            Saran- Saran
1.      Dimohon kepada masyarakat agar  meminimalisir penggunaan bahan pengawet sintesis dan tidak menggunakan bahan pengawet non-pangan seperti formalin dan boraks pada makanan sehari- hari.
2.      Diharapkan kepada masyarakat agar melakukan teknik pengawetan seperti pendinginan, pengeringan, pengemasan, pengalengan, dan fermentasi, sehingga tidak perlu menambahkan bahan pengawet utamanya bahan tambahan sintesis yang sangat berbahaya.


DAFTAR PUSTAKA

Administrator. 2010. “ Bleng/ Boraks”. http://www.wikipedia.com, diunduh tanggal 27 Oktober 2012-10-27
Administrator. 2011. " Makalah Identifikasi Bahan Pengawet Sintesis Pada Makanan Dan Minuman serta Pengaruhnya Terhadap Kesehatan". http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/04/makalah-identifikasi-bahan-pengawet.html , diunduh tanggal 27  Oktober 2012.
Febrianto, Yusri. 2009. “Pengawetan Dan Pengolahan Bahan Makanan”. http://www.scribd.com/doc/28069438/Makalah-Pengawetan-Dan-Pengolahan-Bahan-Makanan-16, diunduh tanggal 27 Oktober 2012.
Hamdani. 2012. “ Penggunaan Boraks Dalam Makanan”. http://www.catatankimia.com , diunduh tanggal 12 Oktober 2012.